Dalam dunia motherhood di era digital seperti sekarang, tak jarang kita menemukan komentar-komentar mom shaming yang pedas sekaligus nyinyir pada seorang ibu dari ibu lainnya. Entah itu terkait cara mengasuh anak, aktivitas yang dilakukan si kecil sampai pilihan untuk bekerja kantoran VS tinggal di rumah. Nah, untuk topik terakhir memang isu sensitif bagi sebagian kaum ibu, Ma. Alangkah baiknya kita tidak ikut mengomentari pilihan ibu yang ingin bekerja dengan stop mengucapkan beberapa hal di bawah ini.
1. Aku sih paling gak bisa bayangin anak ku diasuh sama orang lain
Semua ibu pasti ingin membesarkan anaknya dengan sebaik mungkin. Jika ia tidak punya kesempatan melakukannya secara langsung, bukan berarti ia tak menginginkannya. Bisa jadi ada pertimbangan lain yang memaksa ia untuk meminta bantuan orang lain untuk mengasuh anaknya.
2. Emang baby sitternya terpercaya?
Mempekerjakan pengasuh adalah pilihan umum yang diambil para ibu pekerja untuk menjaga anak selama ditinggal ke kantor. Tentunya proses pemilihannya pun gak akan sembarang, kan? Jadi mempertanyakan kemampuan baby sitter pada ibu pekerja, sama saja dengan meragukan capability-nya sebagai seorang ibu.
[su_box title=”Editor’s Pick:”]
- Atur Ulang Keuangan, Ini 7 Tips Sederhana Untuk Menghemat Pengeluaran Si Kecil
- Acara Baby Shower Tetap Meriah Meski Budget Terbatas dengan 7 Tips Ampuh Ini
- Bingung Mau Ngasih Hadiah Apa ke Sahabat Cewek yang Baru Melahirkan? Intip 7 Inspirasi Kado Ini Saja
- Di Balik Pusingnya Menghadapi Kerewelan Anak, Ternyata Ada 6 Manfaat Kesehatan Ini Buat Si Kecil, Moms
- Sama Pentingnya, 7 Solusi Bijak Ini Dapat Membantu Mama Mengurus Anak dengan Optimal Meski Harus Berkarir Di Luar Rumah
[/su_box]
3. Enak ya, bisa bebas dari kerewelan anak
Tangisan dan kerewelan anak memang bikin setiap ibu pusing bahkan senewen. Tapi bukan berarti para ibu pekerja merasa senang karena tidak harus menghadapi itu semua setiap hari. Di balik ‘kebebasan’ itu, ada rasa rindu yang mendalam pada si kecil, termasuk sama tangisannya, Ma.
4. Kemarin aku lihat anaknya lagi nangis, kayaknya kangen sama Mamanya, deh
Ada banyak hal yang harus dilewatkan para ibu pekerja dalam perkembangan si kecil. Jangan tanya bagaimana perasaan mereka, Ma. Karena sama halnya dengan ibu mana pun, ibu pekerja juga merasa sedih tak bisa senantiasa bersama anaknya. Jadi, mengucapkan kalimat seperti di atas, hanya akan menambah beban pikiran ibu pekerja. Tanpa diberitahu pun, mereka tahu kalau buah hati mereka sangat merindukan ibunya.
5. Kayaknya kamu capek banget
Meskipun kalimat ini terdengar seperti bentuk perhatian yang tulus, tak jarang beberapa orang menjadikannya kesempatan untuk menasihati ibu pekerja agar berhenti berkarir dan fokus mengurus anak. Jika kita punya concern yang tulus, tentu kita tak akan melakukan hal itu, bukan?
6. Karir itu bisa kapan saja, tapi perkembangan anak cuma terjadi sekarang
Gak ada yang salah dengan maksud dari kalimat ini. Hanya saja, kita tak pernah tahu apa yang melatarbelakangi seseorang sampai harus meninggalkan anak untuk bekerja. Oleh karena itu, hindari berbicara seperti ini ya, Ma.
7. Pernah kepikiran si kecil di rumah gak, sih?
Tanpa perlu ditanya, setiap ibu pasti memikirkan kondisi anaknya. Jadi sebenarnya pertanyaan semacam ini gak perlu disampaikan, Ma. Lebih baik bicarakan hal lain yang bisa memberi energi positif pada satu sama lain saja.
Menjadi ibu pekerja ataupun stayed at home mom adalah pilihan masing-masing individu. Tentunya sebelum memutuskan sesuatu, setiap orang telah mempertimbangkan konsekuensinya secara matang. Jadi, kita tidak punya hak untuk menghakimi pilihan tersebut dengan alasan apapun. Stop mom shaming!