Dalam memulai sebuah bisnis, kita pasti akan mempersiapkan segala hal dengan baik agar usaha kita berjalan sukses. Mulai dari modal, promosi, hingga strategi penjualannya. Tetapi ketika terjun ke lapangan, tentu gak semudah itu mendapatkan atensi dari konsumen. Salah satu hal yang perlu kita persiapkan dengan matang adalah bagaimana branding yang akan dilakukan.
Branding sendiri menurut Kotler (2009) adalah pemberian nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari kesemuanya, yang dibuat dengan tujuan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk membedakan dari barang atau jasa pesaing. Dari sini kita bisa melihat bahwa peran branding dalam menjalankan sebuah bisnis itu penting banget.
Inilah yang dibahas dalam sesi workshop Jakarta Fashion Week dan Istituto Marangoni dengan tema “Crafting Futures: Creating a Strong Brand Identity by Leveraging One’s Own Cultural Heritage”. Pada kesempatan ini Mevin Murden selaku Director of Education dari Istituto Marangoni memberikan pemahaman tentang perkembangan industri fashion serta cara membentuk sebuah fashion brand menggunakan warisan budaya kita. Bagi kamu yang penasaran bagaimana caranya, yuk cek ulasannya di bawah ini:
Tentukan Target Market-mu!
Setiap merilis koleksi terbaru, pasti sebuah brand akan berusaha tampil beda dari pesaingnya. Tetapi jauh sebelum itu, ternyata ada hal lain yang harus kita lakukan terlebih dulu, nih. Hal itu adalah menemukan target konsumen yang akan membeli produk kita.
Kenapa? Soalnya dengan mengetahui target market, kita akan lebih mengerti kebutuhan serta inovasi apa yang bisa dibuat lewat produk yang akan dipasarkan. Misalnya, jika target konsumen produk pakaian kita adalah para first graduate di umur 19-25 tahun. Maka kita perlu memilih nuansa dan warna simple untuk setiap pakaian atau celana yang akan dipakai saat bekerja. Dengan begitu, brand yang kita bangun bisa hadir memenuhi kebutuhan calon pembeli.
Tidak Ada Salahnya Mencoba Sustainable Fashion
Saat ini, industri fashion mulai mengadaptasi konsep sustainable seperti halnya dalam pembangunan. Bisa dimaknai sebagai perilaku bertanggung jawab atas proses, pekerja dan lingkungan kala memproduksi sebuah produk mode. Gagasan ini punya banyak nilai positif yang bisa kita terapkan saat hendak memulai sebuah brand fashion.
Dalam kesempatan kemarin, Mevin pun turut menjelaskan bahwa generasi Y dan Z saat ini mulai peduli dengan apa itu sustainable fashion. Mereka mulai peduli dengan siapa yang mengerjakan dan bagaimana kondisi para pekerja yang mengerjakan produk fashion yang mereka kenakan. Diharapkan lewat konsep ini para penikmat mode bisa memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan para pekerja dan saling berdiskusi agar tercipta lingkungan kerja di dunia mode yang lebih baik. Konsep ini bisa membuat kita turut berkonstribusi perubahan positif lewat brand pakaianmu, lho.
Brand Identity Itu Perlu Banget!
Poin yang menjadi kunci utama sebuah fashion brand adalah brand identity. Bingung bagaimana menentukan brand identity yang diinginkan? Kamj bisa mulai dengan memikirkan sifat apa yang ingin ditunjukkan dari brand-mu, logo, tagline yang mampu menarik perhatian, serta pesan apa yang ingin disampaikan pada konsumen. Tidak usah muluk-muluk, kamu bisa memilih warna favorit atau sebuah cerita pribadi untuk dibentuk menjadi sebuah logo dan sejarah brand milikmu.
FYI, Chanel, fashion brand yang dikenal dengan koleksinya yang classy dan timeless juga menerapkan cara yang sama saat menentukan brand identity-nya, lho. Peran ini tidak terlepas dari gaya berbusana Coco Chanel, sang pendiri brand. Gaya berpakaiannya yang simple tetapi terlihat glamour tanpa banyak aksesoris, membawa efek setiap koleksi mode yang Coco buat. Hasilnya, brand Chanel sukses memiliki ‘warna’-nya sendiri di industri fashion dunia.
Terbuka Dengan Keadaan di Sekitarmu
Dalam membuat sebuah brand, ada baiknya kita bisa melebur ke dalam koleksi pakaian yang diproduksi. Misalnya kita bisa menggunakan akan kebudayaan yang kita miliki sebagai bagian dari brand, karena biasanya yang bersifat personal akan lebih mudah diterima oleh konsumen. Yang pasti, jangan tertutup dengan hal-hal yang ada di sekitarmu.
Tidak sedikit loh, brand yang memanifestaikan cerita sehari-hari lewat koleksi pakaiannya. Salah satunya adalah Hussein Chalayan yang terinspirasi menggunakan meja dan sarung sofa sebagai bagian dari koleksi pakaian Autumn / Winter 2000 Final. Kamu juga bisa kok, menggunakan permasalahan serta hal-hal di sekitar kamu untuk dituangkan menjadi sebuah koleksi pakaian. Intinya, keep brainstorming for something new!
Membuat sebuah fashion brand memang membutuhkan skill kreatif serta penampilan yang berbeda dari para pesaing. Tetapi menjadi beda tentu bisa dimulai dengan hanya melihat diri sendiri dan keadaan di sekitar dahulu karena inspirasi bisa datang dari mana saja.