Girls, salah satu fenomena yang paling penting untuk kita pedulikan saat ini adalah perubahan iklim yang kian berdampak pada banyak hal. Bukan cuma lingkungan, ternyata kesehatan fisik dan mental seseorang juga ikut terpengaruh oleh kondisi ini. Hal ini seakan-akan menjadi selaras dengan pemikiran Edward Norton Lorenz mengenai efek kupu-kupu pada Teori Chaos, bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Sepertinya Lorenz sudah memperkirakan betapa suatu kesalahan yang sangat kecil pun dapat berpengaruh pada bencana di waktu dan tempat yang lain. Bagaiman menurutmu?
Dampak perubahan iklim terhadap lingkungan
Tahun ini Indonesia mengalami musim kemarau yang cukup panjang dengan panas yang super menyengat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dilansir oleh Republika, bahwa beberapa daerah seperti Banten, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur terkena imbasnya, yakni dilanda kekeringan sepanjang 2018. Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga memperkirakan bahwa musim kemarau akan terjadi selama bulan Mei hingga pertengahan Oktober nih, girls. Meskipun begitu, kita patut bersyukur karena di bulan ini intensitas hujan semakin lama semakin meningkat seolah menyetujui prakiraan cuaca yang dilakukan oleh BMKG tersebut.
Jika kekeringan terus melanda, beberapa dampak yang kerap muncul terhadap lingkungan adalah kekurangan air bersih, berkurangnya produksi pertanian, kelaparan, rusaknya ekologi, hingga memakan korban jiwa. Selain kekeringan, dampak perubahan iklim juga akan mengakibatkan perubahan cuaca yang ekstrim, banjir, angin kencang, serta ombak yang tinggi. Tentunya, semua ini tak lepas dari polah manusia yang kurang menjaga kelestarian lingkungan.
[su_box title=”Editor’s Pick:”]
- Saatnya Cintai Tubuhmu Apa Adanya dan 5 Cara yang akan Membuatmu Penuh Rasa Syukur Ini
- 3 Fakta Duck Syndrome, Permasalahan Mental yang Rentan Dialami Anak Muda
- Merasa Beban Hidup Gak Kunjung Reda? 4 Manfaat Menulis Berikut Ini Bisa Membantumu Merasa Lega
- Tak Selamanya Buruk, Menyerah Bisa Dipertimbangkan Sebagai Pilihan Paling Sehat dengan 2 Alasan Ini
- Pengakuan Selebgram Ini Dalam Menghadapi Kecemasan Bisa Menginspirasimu
[/su_box]
Penyebab pemanasan global yang memengaruhi perubahan iklim di dunia
Gak akan ada akibat kalau gak ada sebab. Nah, hal itu juga berlaku nih untuk pemanasan global yang turut memengaruhi perubahan iklim yang sedang kita alami saat ini. Kamu tahu gak, beberapa penyebabnya itu meliputi efek rumah kaca, gas karbon monoksida dari kendaraan bermotor yang kamu gunakan, penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) yang gak terkontrol yang biasanya ada pada kulkas, AC, dan parfum atau bodyspray yang kamu gunakan, pemakaian listrik yang boros, arsitektur rumah modern yang menggunakan banyak kaca sebagai materialnya, pembakaran sampah yang berlebihan, sampah plastik dari hasil belanjaanmu, polusi udara dari industri pabrik, pembakaran dan pengrusakan hutan, pencurian dan penebangan liar pohon-pohon yang diambil kayunya, serta pembunuhan dan pencurian hewan-hewan habitat alam.
Semua peristiwa itu nantinya akan berakibat pada meningkatnya suhu udara permukaan bumi yang juga bisa mengubahan cuaca dan iklim di berbagai tempat. Belum lagi dampaknya juga akan memengaruhi fisik dan psikis manusia secara gak langsung. Nah, cuaca panas menyengat yang kamu rasakan saat ini, bisa jadi disebabkan oleh perilakumu yang gak mau menjaga bumi setulus hati itu, girls!
Dari dampaknya terhadap lingkungan, perubahan iklim merasuk pada kesehatan mental seseorang
Seperti yang dilaporkan oleh American Psychological Association, Climate for Health, dan ecoAmerica yang mengatakan bahwa bagaimanapun kesejahteraan mental kita itu sama rentannya dengan pemanasan global di bumi kita. Dengan kata lain, ketika bumi kita semakin mengalami gangguan, maka kesehatan mental kita pun akan ikut terganggu. Dalam laporan tersebut diberikan pengandaian tentang efek yang terjadi setelah bencana alam, misalnya, yang paling cepat mendapat pengaruh dari peristiwa pasca bencana alam pastilah mental manusia, bisa jadi dalam bentuk trauma maupun syok. Kita ambil contoh tentang bencana alam seperti gempa misalnya, pada saat pasca terjadinya gempa, manusia harus bersiap mengingat atau sadar terhadap rasa kehilangan, baik dalam hal kehilangan barang atau properti pribadi, maupun orang-orang terdekat yang dicintai. Tentunya, hal itu bisa menjadikan mental manusia semakin terpuruk, bukan hanya karena perasaan kehilangan, tapi juga perasaan kesepian, cemas akan datangnya bencana susulan, emosi negatif ketika teringat memori terjadinya bencana, serta rasa marah berkepanjangan yang bisa mengakibatkan stres jika gak terbendung. Bahkan jika stres sudah mencapai puncaknya, bisa menyebabkan seseorang berpikiran untuk bunuh diri. Makanya, biasanya pasca terjadinya gempa, para korban selamat yang diungsikan akan diberikan penyuluhan dan trauma healing untuk membantu mengurangi post-traumatic stress disorder atau gangguan stress pasca-trauma (PTSD).
Ketika bumi kita semakin mengalami gangguan, maka kesehatan mental kita pun akan ikut terganggu.
Sedangkan, kalau kita membicarakan tentang perubahan iklim yang belum menimbulkan bencana besar di beberapa daerah, misalnya dengan kekeringan panjang, musim kemarau yang gak kunjung diguyur hujan, maupun jika hujan mulai menderas dan menyebabkan banjir di beberapa daerah, kita akan merasakan pengaruhnya terhadap kesehatan mental kita, girls. Sebagai contoh, emosi negatif seperti rasa kesal, gusar, dan mengakibatkan kemarahan, ketika harus beraktivitas di suatu tempat dengan suhu tinggi yang menyebabkan panas menyengat dan lembab. Tentunya, ketika berkegiatan di tempat yang suhunya gak bersahabat, akan membuat kita rentan geram dan memicu stres, bahkan bisa meningkat menjadi depresi jika kita gak menemukan solusinya. Begitupula jika terjadi hujan terus-menerus yang membikin banjir di mana-mana, sudah pasti kesabaran kita akan terkuras habis dan malah akan membuat stres jika gak segera diatasi.
Kita bisa menghadapi perubahan iklim agar gak terlalu jauh memengaruhi mental dengan berbagai cara
Sayangnya, gak banyak dari kita yang juga ikutan aware untuk menjaga penghijauan di bumi ini, girls. Mau gak mau kita akan mendapatkan pengaruh dari akibat kelalaian orang-orang yang gak tulus melestarikan alam di negeri ini. Nah, untuk menanggulangi agar perubahan iklim yang masih terjadi gak berpengaruh kepada kesehatan mental kita, ada beberapa cara praktis yang bisa kita lakukan, lho. Misalnya saja dengan menumbuhkan optimisme melalui keterampilan dan kreativitas, memperkuat hubungan keluarga dan pertemanan, mempersiapkan diri untuk menghadapi bencana dan perubahan iklim ekstrim yang mungkin saja bisa terjadi sewaktu-waktu, juga sering-seringlah mengambil waktu untuk me time di rumah atau di tempat-tempat yang kamus suka dengan melakukan kegiatan yang bisa membahagiakan dirimu sendiri, girls.
Selain itu, kamu juga bisa mengurangi efek pemanasan global dengan menerapkan gaya hidup ramah lingkungan, seperti berjalan kaki atau bersepeda, meminum caramel latte-mu secara tanpa sedotan, membawa tempat minum sendiri ketika memesan float favoritmu, membawa shopping bag sendiri yang bisa dipakai berkali-kali ketika berbelanja, mengurangi konsumsi snack dengan kemasan plastik yang kecil-kecil, serta menanam pohon-pohon kecil di sekitar rumahmu, dan kegiatan lain yang bisa kamu pilih sebagai gaya hidupmu, sambil memerangi pemanasan global yang semakin mengerikan.
Tentunya, dengan mengaplikasikan gaya hidup ramah lingkungan ini ke dalam kepribadian kita, ada banyak dampak positif yang akan kita dapatkan, seperti membuat tubuh lebih sehat secara fisik dan mental melalui kegiatan berjalan kaki dan naik sepeda serta menanam pohon yang kita lakukan, yang pastinya akan memberikan kita udara lebih sehat dan lebih segar lagi dari penghijauan yang kita lestarikan. Belum lagi, perasaan bahagia seumpama kelak banyak orang yang terpengaruh dengan gaya hidup eco friendly yang kita terapkan selama ini. So, sudah siap menjadi salah satu pelopor penangkal global warming, girls?