Apa Sih yang Dimaksud Logical Fallacy? Pahami Dulu 7 Contohnya yang Tanpa Sadar Sering Ada di Kehidupan Sehari-Hari

Pernah gak sih girls, kamu menemukan komentar yang mengecohkan isu dari objek diskusi pada saat ada perdebatan? Biasanya sih, hal itu muncul dalam postingan di media sosial atau sebuah diskusi dengan bahasan yang gak jauh-jauh dari persoalan politik maupun isu sosial, namun gak jarang juga ditemukan dalam aktivitas sehari-hari yang tanpa sadar mungkin pernah kita lakukan.

Nah, kerapkali pengecohan itu secara sengaja atau tidak, didasari oleh kesalahan berpikir atau yang sering disebut dengan logical fallacy. Biasanya pelaku logical fallacy seakan-akan menutup mata dan membiarkan ketidakmampuannya berpikir secara kritis sebagai argumen untuk menghadapi lawan debatnya. Di Indonesia sendiri, ada beberapa bentuk kesesatan berpikir yang sering kita temukan, nih. Beberapa di antaranya adalah:

Artikel ini akan membahas logical fallacy tipe 1: Fallacies of Relevance dengan kode R

1. The appeal to the populace (R1)

Via Freepik.com

Tipe ini merupakan kesesatan berpikir yang muncul dari kesimpulan yang mengacu pada pandangan populer atau standar yang diciptakan masyarakat. Misalnya saja, perempuan yang bisa menjadi calon istri yang ideal adalah yang pintar memasak dan punya waktu untuk mengurus anak, makanya jika ada perempuan yang gak bisa masak dan gak punya waktu untuk mengurus anak, akan dianggap bukan calon istri yang ideal oleh pelaku logical fallacy.

2. The appeal to the emotion (R2)

Untuk tipe ini adalah kesesatan berpikir yang menyelipkan perasaan atau emosi ke dalam argumen, biasanya terkait dengan hati nurani atau perasaan iba. Contohnya, ada wakil rakyat dari partai yang mengusung keagamaan, yang menjadi tersangka koruptor. Beberapa orang berharap agar dia dihukum seberat-beratnya, tapi pelaku logical fallacy akan berpendapat bahwa bagaimanapun dia adalah seorang ahli agama yang tahu dosa dan baik hati pula, jadi gak mungkin dia korupsi.

3. The red herring (R3)

Kesesatan berpikir ini biasanya mengalihkan pembicaraan dari satu isu ke isu yang lain dengan tujuan mengecoh fokus orang yang memberikan opini. Misalnya, ada temanmu yang mengatakan bahwa menurut artikel yang dia baca, merokok itu dapat merusak kesehatan. Lalu, temanmu yang merokok menimpali bahwa selama dirinya merokok, dia gak pernah mengalami gejala yang membuat dirinya merasa sakit, sehingga pernyataan bahwa merokok merusak kesehatan adalah hal yang belum tentu benar. Temanmu yang merokok ini telah melakukan logical fallacy.

Sebisa mungkin hindari logical fallacy pada saat berargumen. Jika kamu ingin menunjukan intelektualitasmu, buatlah argumen dengan dasar ilmu pengetahuan yang mumpuni dan tidak bercelah.

Related Post

4. The straw man (R4)

Tipe the straw man adalah kesesatan berpikir yang menempatkan komentator yang lain dengan posisi terancam dan membuat interpretasinya salah sehingga mudah diserang. Contohnya, ketika ayahmu menyuruhmu istirahat setelah sekian jam kamu bolak-balik menghadap layar smartphone, tapi kamu malah marah dan menganggapnya gak ingin anaknya menjadi pintar dan update akan isu terkini. Secara gak sadar, kamu telah melakukan logical fallacy terhadap ayahmu, girls!

5. Argument against the person/ad hominem (R5)

Via Freep

Inilah kesesatan berpikir yang argumentasinya menjatuhkan citra pihak tertentu yang gak didasari dengan fakta yang jelas. Contohnya, ada seorang perempuan yang menyatakan bahwa pelecehan seksual sering terjadi dimana-mana bahkan dalam lingkungannya, lalu pelaku logical fallacy berpendapat bahwa terang saja ia mengalami pelecehan seksual karena pakaiannya yang selalu terbuka. Padahal, belum tentu perempuan itu sering berpakaian terbuka.

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

6. The appeal to force/ad baculum (R6)

Tipe ini merupakan kesesatan berpikir yang didasari kepentingan tertentu dengan paksaan yang disamarkan dalam argumennya. Misalnya saja, ketika ada pemilihan ketua BEM di kampusmu, seorang pelaku logical fallacy berkata bahwa semua mahasiswa sebaiknya memilih si A, sebab A adalah mahasiswa yang disenangi banyak dosen dan mampu membuat program-progam yang keren. Padahal, alasan itu bukanlah alasan yang sebenarnya, sebab program-progam keren yang dibuatnya belum tentu bisa dieksekusi dan bermanfaat.

7. Missing the point (R7)

Via Freepik.com

Tipe ini terlihat dari argumennya yang gak terbentuk secara kuat, sehingga ketika ada serangan dari argumen lain, argumennya menjadi lemah dan mau gau mau menyetujui argumen lawannya. Contohnya, ketika kamu marah saat tahu pacarmu pergi dengan perempuan lain pada malam hari. Lalu, pacarmu memberikan alasan bahwa ia hanya mengantar teman perempuannya pulang ke rumah, kemudian dia  memberikan pengandaian kalau seandainya saja kamu yang berada dalam posisi teman perempuannya itu, apa yang semestinya dilakukan oleh teman laki-lakimu. Kamu pun akhirnya kehabisan kata-kata deh untuk menyerangnya balik, dan malah mengiyakan. Nah, itu tandanya kamu adalah pelaku logical fallacy yang argumennya mudah dilemahkan.

Begitulah tujuh dari puluhan bentuk logical fallacy yang ada dan seringkali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, girls. Kira-kira, kamu pernah melakukannya, gak? Jika belum, ada baiknya untuk memahami dulu suatu kebenaran dengan sebaik-baiknya dan sedalam-dalamnya. Agar, kamu gak perlu merusuhi situasi yang sudah panas menjadi semakin panas.

Siti Annisa: Bagian dari spektrum!
Related Post
Leave a Comment