Mendekati hari kemerdekaan, pemandangan berkibarnya bendera merah putih yang mulai terlihat ramai di setiap sudut jalan tentunya melahirkhan kebanggaan tersendiri sebagai warga negara Indonesia, ya girls. Apalagi peringatannya di tahun ini berdekatan juga dengan gelaran Asian Games 2018 yang turut diikuti oleh kontingen dari berbagai negara. Euforia hari kemerdekaan yang berlipat ganda jadi makin benar-benar terasa.
Di beberapa negara seperti di India, menari di jalanan merupakan cara penduduknya menjamu hari kemerdekaan. Begitu pula di Ukraina, pesta kembang api besar-besaran diselenggarakan di setiap sudut kota. Lain lagi dengan Meksiko, perang jambu biji, adu banteng, dan rodeo menjadi cara untuk mensyukuri kedaulatan yang telah diraih. Sementara di Indonesia, momen tujuh belasan biasanya diisi dengan upacara bendera, mengikuti beragam jenis lomba, serta pawai atau karnaval dari berbagai daerah yang tak kalah semaraknya. Akan tetapi, mengenang jasa-jasa pahlawan di hari kemerdekaan tentunya gak melulu harus dengan keriaan besar-besaran, lho. Kamu juga bisa menerapkan sikap nasionalis dalam kehidupanmu sehari-sehari dengan cara-cara di bawah ini:
1. Kenali asal-usulmu dengan memahami sejarah
Presiden pertama Republik Indonesia, Dr. Ir. H. Soekarno, dengan semboyan Jasmerah selalu mengingatkan kita untuk tidak pernah sekali-kali meninggalkan sejarah. Manusia harus paham asal usulnya, karena warga yang buta histori akan sangat mudah dipecah-belah. Salah satu siasat agar kamu nggak bosan mengeksplorasi sejarah, kamu bisa memulainya dengan membaca roman yang mengandung unsur sejarah dalam bentuk novel. Buku Tetralogi Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu mahakarya sastrawan Indonesia yang bisa menjadi sarana untuk mempelajari sejarah bangsa ini dengan cara yang menyenangkan.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan menghilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian” – Pramoedya Ananta Toer
2. Bertoleransi dan menghargai perbedaan
Bangsa ini dibangun di atas tanah yang penduduknya beraneka ragam, tapi kok masih banyak pertikaian yang disebabkan oleh perbedaan, ya? Itulah jika makna Bhinneka Tunggal Ika dipandang sebelah mata. Kamu pasti gak mau dong hidup di antara disharmoni yang setiap waktu menghadirkan kengerian di mana-mana? Coba perhatikan hal-hal yang ada di sekitarmu. Jika ditelaah lebih dalam, perbedaan itu memiliki banyak sisi positif, lho. Seperti keahlian yang dimiliki setiap orang pasti berbeda antara yang satu dengan yang lain. Contohnya, barang-barang yang kamu kenakan bisa saja buatan Tiongkok atau Vietnam dan negerimu punya pasar yang bisa menjual karya mereka. Ini bisa menjadi perbedaan yang saling menguntungkan, dan ini membuktikan bahwa manusia memang gak akan pernah bisa hidup sendiri.
3. Tidak curang dan anti korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Laporan Tahunan KPK 2017 mencatat ada 123 kasus korupsi yang diselidiki dan penyidikan terhadap 182 perkara di Indonesia. Data tersebut membuktikan bahwa kecurangan di negeri ini masih merajalela. Perlu kamu sadari bahwa akar korupsi itu berasal dari individu dengan kecurangan-kecurangan kecilnya yang mungkin saja gak terlihat. Misalnya saja menyelewengkan waktu kerja, menjiplak karya, atau bahkan memelintir kata-kata dengan mengeliminasi fakta dan data. Jika kamu gak segera menyadarinya, ketidakjujuran itu bisa menjadi kultur yang mengakar, hingga kamu dengan mudahnya mewajarkan perbuatan korupsi. Kamu tentunya malu dong dengan maraknya kasus korupsi di negerimu ini? Maka mulailah untuk jujur dalam beraktifitas.
[interaction id=”5b72c060b2f5086cf1fc72b0″]
4. Membudayakan diri dengan tidak menyerobot antrean
Ketertiban mengantre yang dilakukan masyarakat Inggris dan Jepang bisa dijadikan pedoman untuk hidupmu. Seperti yang dikutip dari Business Insider, budaya tertib mengantre di Jepang sudah ditanamkan para orangtua kepada anak-anaknya dari usia TK. Mereka dididik untuk terbiasa disiplin, bekerja sama, dan saling menghormati. Biasanya, situasi yang membuat kesal saat antre adalah lamanya waktu giliran hingga membuat kamu gak sabar dan ingin dilayani duluan. Nah, sambil menunggu waktu, kamu bisa memanfaatkannya dengan membaca artikel di media sosial, atau browsing topik yang sedang hangat diperbincangkan. Dengan begitu, kamu bisa menjadi pribadi yang taat antre dan waktumu gak akan habis sia-sia, deh!
5. Bekerja sama dalam tim/kelompok
Indonesia memiliki istilah gotong royong yang dimaknai sebagai kerja bersama-sama demi mewujudkan visi yang dicita-citakan. Berkat kerja sama para pejuang jugalah independensi negeri ini bisa dilahirkan. Namun, masih banyak orang yang senang bekerja secara individu ketimbang tim karena kenyamanan setiap orang memang berbeda. Bekerja sendiri pun bukan suatu kesalahan, sebab seringnya ide dan gagasan muncul dari perorangan. Tapi, bukankah pekerjaan akan lebih cepat kelar jika kamu mengerjakannya bersama-sama? Dengan bekerja sama pula kamu bisa saling bertukar pendapat, memberi lebih banyak informasi, dan memperluas network, serta meningkatkan etos kerja.
6. Memperjuangkan cita-cita
Laiknya perjuangan para pahlawan dalam melahirkan kemerdekaan Republik Indonesia, kamu juga wajib banget memperjuangkan cita-citamu, girls! Emansipasi wanita yang dijunjung tinggi oleh Raden Adjeng Kartini harus dilanjutkan. Perlahan tapi pasti, gerak dan kerjamu bisa membawamu kepada kesuksesan. Apalagi, sekarang kamu hidup di era globalisasi, di mana internet dan kecanggihan teknologi wajib dimanfaatkan sebagai akomodasi yang memudahkanmu dalam memperjuangkan cita-cita. Nah, ketika kamu sukses kelak, kamu akan menjadi perempuan yang menginspirasi banyak orang seperti sosok Kartini yang kamu dambakan.
Tidak hanya sikap-sikap nasionalis seperti yang dijelaskan di atas, kamu bisa mengejawantahkan Pancasila dalam kehidupanmu sehari-hari, seperti yang tertera dalam tiap silanya. Well, selamat memperjuangkan impian dan cita-citamu untuk Indonesia, ya. Merdeka!
“Merenungi 73 tahun yang lalu negeri tercinta ini mendeklarasikan kebebasannya. Rakyat serempak pula ikut merayakan. Teringat sejarah, ada 173 pahlawan nasional yang berperang melawan penjajah. Belum lagi para pejuang yang tumbang dan tak terkira jumlahnya. Tapi gugur bukanlah tujuan. Kemerdekaan inilah satu-satunya sasaran.”