Baru-baru ini, terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan puluhan ribu perempuan di Seoul, Korea Selatan. Mereka memprotes pihak kepolisian yang lemah atas maraknya kejahatan pornografi yang direkam secara tersembunyi dengan menggunakan kamera pengintai atau spy cam. Keberadaan spy cam yang disebut juga dengan molka ini, pun semakin meresahkan para perempuan di Korea Selatan.
Akhirnya pada Sabtu, 9 Juni 2018, menurut Hawong Jung -koresponden Seoul untuk Kantor Berita AFP-, sekitar 20 ribu orang perempuan berkumpul di Seoul untuk menyuarakan aksi protes terkait molka tersebut. Mereka yang berunjuk rasa mengenakan topeng dan berkumpul di Seoul setelah sebelumnya berjalan dari Stasiun Hyehwa.
“Unjuk rasa ini menunjukkan kenyataan yang menyedihkan, sebagian besar pemrotes menyembunyikan wajah mereka dengan masker wajah, kacamata hitam dan topi karena takut diidentifikasi oleh pria yang memasang molka tersebut dan dijadikan objek pelecehan seksual tanpa henti (trolling online)”, ujar Hawon Jung dalam tweet melalui akun Twitter pribadinya, @allyjung.
Lemahnya penegakan hukum bagi para pelaku yang melakukan perekaman tanpa diketahui oleh korban, juga membuat geram para perempuan dalam aksi ini. Mereka merasa tidak aman lagi saat menggunakan fasilitas umum seperti kamar mandi, kereta api, bus, dan di tempat umum lainnya, karena bagian tubuh pribadi mereka dapat direkam oleh pelaku menggunakan kamera tersembunyi.
“Saat ini, wanita Korea memakai topeng untuk menutupi wajah mereka dan mencari lubang bahkan ketika pergi ke toilet umum. Spy cam disembunyikan di dinding, dan bahkan di toilet. Kejahatan-kejahatan ini sudah merajalela dan juga dilakukan di pemandian umum, gedung olahraga, kolam renang, dan fasilitas penginapan,” ujar Raphael Rashid dalam sebuah tweet melalui akun Twitter pribadinya, @koryodynasty.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk protes yang bertuliskan “Hidup Saya Bukan Tontonan Porno Anda” dan menyerukan untuk menghukum para pelaku yang memproduksi dan mengonsumsi video dari perekaman yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu. “Dan highlight dari unjuk rasa anti-molka (spy cam porno) ialah perempuan naik ke panggung untuk mencukur kepala mereka sebagai protes atas kegagalan pemerintah untuk menindak kejahatan molka yang tersebar luas,” terang Hawon Jung.
Nowadays, Korean women wear masks to cover their faces and look around for holes even when going public restrooms. #Spycams are hidden in wall, and even INSIDE toilet. These crimes are rampant, also committed at public baths, gyms, swimming pools and lodging facilities. #혜화시위 pic.twitter.com/ksShOA6TLw
— Raphael Rashid (@koryodynasty) June 9, 2018
Perekaman secara sembunyi ini, ada di mana-mana dan sangat mudah ditemukan. “Begitu mudah bagi seorang pria untuk mencari rok perempuan di kereta bawah tanah karena kamera dapat dimasukkan di dalam sepatu. Sekedar informasi, pria juga memata-matai pria lainnya, terutama di kamar kecil dan ruang ganti. Kita hidup di dunia yang sakit,” ujar Raphael dalam tweet-nya.
Molka atau spy cam yang dilakukan oleh para pelaku gak bertanggung jawab memang patut diprotes dan dilawan ya, girls? Aksi protes yang dilakukan oleh perempuan di Korea Selatan pun membuat kita sadar kalau ternyata kejahatan berbasis pornografi dapat dilakukan di manapun dan dengan cara apapun.