Setiap orang yang ingin menulis suatu cerita untuk pertama kali pasti punya alasannya masing-masing. Ada orang yang tujuannya memang ingin membagikan ide, atau pikirannya pada pembaca, ada juga yang ingin mendapatkan bayaran. Tapi, nggak sedikit juga orang yang berhenti menulis, bahkan sebelum impian dan motivasi mereka itu menjadi kenyataan. Alasannya berbagai macam pula, mulai dari writer’s block, sampai alasan yang paling sering didengar: Malas.
Nah, buat kamu yang baru berniat untuk mulai menulis karya fiksi, baik itu berbentuk cerpen, cerbung, atau novel, kamu bisa coba terapkan delapan tips ini biar kamu nggak mentok di tengah jalan nantinya:
1. Tanamkan Niat yang Kuat, Kesabaran, dan Sifat Pantang Menyerah
Setelah membaca poin pertama ini, kamu mungkin berpikir, “Ah, kalau ini saya juga udah tahu.” Tapi kenyataannya, banyak orang yang berhenti menulis karena kurang memiliki hal ini. Kalau kamu berniat mengirim tulisan kamu ke media massa, kamu mungkin akan mendapat banyak penolakan sebelum tulisan kamu bisa dimuat. Kecuali… kecuali kalau kamu beruntung, atau tulisan pertama kamu memang bagus dan layak muat.
Intinya, jangan pernah menyerah meskipun tulisan kamu ditolak puluhan kali. Anggap saja penolakan itu sebagai pelajaran, agar kamu bisa menilai ulang hasil tulisan kamu. Toh, penulis seperti Stephen King saja pernah mendapat penolakan, kok. Sekarang dia sudah dianggap sebagai master dalam penulisan bergenre horor.
2. Banyak Baca Buku
Penulis yang handal tidak lain tidak bukan adalah pembaca yang handal pula. Yup, jangan pernah mengira tugas seorang penulis fiksi hanya menulis saja, dia juga harus banyak membaca. Bacaannya pun nggak terbatas pada karya fiksi, melainkan segala jenis bacaan yang sekiranya bermanfaat.
Lantas, kenapa penulis harus banyak membaca? Pertama, untuk mempelajari bagaimana cara menulis yang bagus. Kedua, bahan bacaan bisa menjadi sumber inspirasi. Ketiga, untuk mendapat informasi dan referensi yang bisa membantu proses penulisannya.
Bayangkan jika seorang penulis fiksi tidak tahu apa yang dia bicarakan dalam tulisannya. Yang ada karyanya bukan dibahas dengan serius oleh para pembaca, tapi dikritik habis-habisan. Kamu pernah lihat kesalahan-kesalahan informasi yang ada dalam film, misalnya? Contoh kasarnya, psikiater yang alih-alih membantu pasiennya yang depresi, malah menyebut pasiennya gila. Itu bukan cara yang bagus dalam menggambarkan bagaimana seorang psikiater seharusnya bicara.
3. Perhatikan Keadaan Sekelilingmu, Inspirasi Bisa Datang dari Mana Saja
Selain bacaan, kamu bisa mendapat inspirasi untuk tulisan kamu dari keadaan sekeliling. Mulai dari lingkungan sekitar sampai kejadian yang terjadi di seberang lautan, semuanya bisa kamu jadikan isu atau karakter dalam tulisan kamu. Faktor terpenting agar kamu bisa dapat ilham dari hal ini hanyalah kejelian kamu sendiri.
4. Buat Kerangka Tulisan atau Catatan
Kecuali kalau kamu penulis seperti Gabriel Garcia Marquez yang bisa menulis dengan lancar tanpa membuat catatan, ada baiknya kamu tulis terlebih dahulu gambaran tulisan yang akan kamu buat. Misalnya, seperti apa gambaran kasar plotnya, bagaimana karakterisasi tokoh-tokoh rekaan kamu, apa setting yang pas untuk dipakai dalam cerita, apa yang akan dilakukan tokoh A jika ia menghadapi situasi tertentu?
Perencanaan seperti ini bertujuan agar kamu nggak kehilangan arah saat menulis dan supaya tulisan kamu tidak mengandung kontradiksi di dalamnya.
5. Nggak Usah Terlalu Memikirkan Kekhawatiran yang Nggak Penting
“Apa tulisanku bakalan bagus, ya? Apa orang-orang bakal suka cerita yang aku buat?”
Ketakutan semacam itu berpotensi menghantui pikiran kamu saat menulis. Tapi percaya deh, kamu nggak akan dapat manfaat jika kamu terus-terusan memikirkannya. Tulis aja apa yang ada dalam pikiran kamu, karena toh, kamu juga punya kesempatan buat mengeditnya, kan?
6. Perhatikan Aturan Penulisan
Bukannya menggurui, tapi sebaiknya jangan pernah anggap remeh hal yang satu ini. Kalau misalnya kamu mau mengirim tulisan ke media, hal penting yang nantinya akan dinilai adalah: apa ada kesalahan tanda baca, typo, kesalahan penggunaan diksi, dan kesalahan ejaan? Nggak lucu juga kan, kalau cerita kamu yang sebenarnya bagus nggak diterbitkan cuma gara-gara banyaknya kesalahan macam ini.
Jadikan Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai teman akrab kamu dalam menulis dan pelajari aturan-aturan dasar penulisan.
7. Minta Pendapat Orang Lain
Buat beberapa orang, kritikan dari orang lain bisa menjadi sesuatu yang nggak menyenangkan. Tapi, apa kamu pernah dengar kalau lebih mudah buat kita menilai orang lain daripada kita menilai diri sendiri? Kata-kata itu ada benarnya juga, dan pendapat orang lain memang sangat penting agar kita bisa berkembang.
Tapi, sampai sejauh mana perkataan orang lain bisa memengaruhi kamu? Sebaiknya kamu menyaring pendapat orang lain dengan prinsip yang kamu punya. Jika kamu ngerasa saran orang lain udah sangat bertentangan dengan prinsip kamu, ada baiknya kamu “buang” saran mereka.
Contohnya, jangan sampai perkataan macam ini memengaruhi kamu: “Tulisan kamu jelek amat! Kamu nyerah aja deh, nggak punya bakat nulis ini.” Toh, belum tentu tulisannya lebih bagus dari kamu.
8. Tutup Artikel Ini dan Mulai Menulis
Jangan buang-buang waktu lagi, mulailah menulis.
Menulis itu menyenangkan, lho. Kapan lagi kamu bisa mencurahkan ide dan perasaan kamu dalam bentuk narasi dan dialog? Ditambah lagi, nantinya cerita kamu itu dibaca dan dibeli orang lain pula. Apakah kamu berminat untuk mulai menulis?