Setiap orang pasti tidak pernah siap menghadapi keadaan ketika tiba waktunya orangtua tiada. Apalagi jika kamu sangat dekat dengan keduanya, Ayah dan Ibu. Kehilangan keduanya sekaligus seperti sebuah tamparan besar yang harus kamu hadapi.
Ini adalah sebuah kisah tentang seseorang yang sangat terpukul dan merasa sedih ketika kedua orangtuanya tiada.
Aku kehilangan kedua orangtuaku dalam jarak dua tahun; tahun pertama adalah Ibu yang meninggal tiba-tiba dan sangat tidak terduga, karena setahuku Ibu tidak mengidap penyakit apa pun. Kemudian tahun kedua Ayah yang meninggal karena penyakit kanker. Ibuku adalah satu-satunya orang yang paling dekat denganku di rumah. Dia mengajariku apa itu rasa kemanusiaan, empati dan kemurahan hati. Sedangkan Ayahku adalah tipe realis sarkastis di rumah, namun dia adalah satu-satunya orang yang paling pemaaf yang pernah aku temui.
Jadi ketika aku kehilangan mereka dalam waktu yang bisa dibilang hampir bersamaan, aku sangat sedih dan sering menangis. Duka berlangsung sepanjang hari dan aku tidak pernah siap kehilangan mereka. Banyak hal berubah padaku, seperti 10 hal berikut ini.
1. Ponselku tidak pernah berada jauh dariku saat aku tidur. Aku masih berharap bahwa suatu hari aku bisa mendengar suara Ibu lagi karena aku sangat merindukannya.
2. Tidak bisa dipungkiri, aku sangat memikirkan kematian Ibuku. Dan hal itu membuatku sakit secara fisik selama enam bulan setelah dia meninggal.
3. Kematian Ayah dan Ibu sungguh membuatku sedih. Beban pikiran yang aku pikul sangat besar, tapi aku mengerti mengapa saat ini Tuhan sudah memanggil Ayah dan Ibu kembali. Hal itu membuat aku lebih kuat sebagai pribadi, sehingga untuk itu aku bersyukur.
4. Sejujurnya aku marah mengingat bahwa kelak anak-anakku tidak bisa melihat kakek nenek mereka.
5. Aku tidak bisa memutar waktu dan meminta kepada Tuhan agar Ayah dan Ibu kembali hidup. Bahwa Tuhan pasti memiliki rencana dibalik takdir-Nya. Seperti seharusnya akan lebih mudah bagiku tegar menjalani kehidupan tanpa mereka dengan kenangan yang tidak terlalu banyak.
6. Jangan pernah mengeluh tentang orang tuamu. Manfaatkan waktu yang berharga dengan membahagiakan mereka di kehidupan yang singkat ini. Karena kita tidak pernah tahu kapan orangtua tiada.
7. Tahukah rasanya kehilangan orang tua? Rasanya seperti menjadi ‘janda’ dimana kamu tidak pernah menginginkannya. Aku harus kemana agar tidak berada dalam keadaan seperti ini?
8. Selalu ada teman yang datang dan mendengar cerita-ceritaku, namun mereka tidak benar-benar memahami apa yang terjadi dengan diriku. Mereka hanya pendengar setia, dan aku tidak tahu cara lain bagaimana menjelaskan apa yang sebenarnya ada dalam hatiku.
9. Kehidupanku tidak pergi. Hanya manusianya saja yang menghilang, Ayah dan Ibu. Mungkin saat ini aku merasa sangat sedih, tapi kehidupan tetap harus dijalani kan?
10. Jika ada teman, atau orang asing yang sedang bersama Ibu atau Ayah mereka, kadang-kadang rasanya aku seperti cemburu. Iri karena aku tidak bisa merasakan momen itu lagi bersama orang tua. Kenangan itu tidak akan pernah terjadi lagi dan rasanya tidak pernah sama lagi.
Di sinilah aku saat ini, delapan dan sepuluh tahun kemudian. Kematian Ayah dan Ibu telah selamanya mengubah bagaimana aku melihat dunia. Aku jadi tahu kenangan apa yang harus aku tinggalkan nanti bila aku tiada dan itu akan berarti bagi anak-anakku kelak. Anak-anakku berhak mengetahui betapa mereka sangat dicintai ketika aku pergi.
Kehilangan memang hal yang paling tidak mengenakkan, apalagi menghadapi kenyataan orangtua tiada. Bagaimana menurutmu, girls? Semoga kisah ini menginspirasimu ya!
Leave a Comment