Ini Nih Dilema Yang Sering Banget Dialami Para Kutu Buku!

Kamu suka baca, nggak? Saya sih suka banget! Waktu saya kecil, banyak yang bilang kalau jadi kutu buku itu nggak bagus soalnya jadi kurang interaksi dengan dunia luar dan nantinya jadi nggak banyak temen. Emang bener sih jadi lebih milih di rumah untuk baca dari pada keluar. Tapi bukan berarti saya itu anti-sosial, lho..

Memang kutu buku dulu sempat punya konotasi yang negatif. Tapi semakin dewasa, justru istilah kutu buku itu menurut saya malah menjadi pujian. Tapi sering kali, sebagai kutu buku, kita tidak lepas dari berbagai dilema yang terus dihadapi setiap hari. Ini yang menurut saya adalah dilema para kutu buku yang paling sering dialami!

1. Nggak Mau Keluar Rumah

Saya sebagai anak sastra paham banget alasan kenapa para kutu buku jadi nggak mau keluar dari rumah. Coba bayangin deh… lagi hujan rintik-rintik diluar, badan kamu hangat di kasur dengan selimut kamu, terus kamu sedang membaca buku favorit kamu, pasti kamu nggak mau keluar dari rumah, kan? Hal ini karena kita menemukan dunia baru di dalam buku yang kita baca. Jadi kebawa hanyut deh sama dunia khayalan hahaha.

2. Susah Move On Dari Buku-Buku Lama

Kalau kamu tahu teman kamu yang suka baca pasti bukunya tiap hari semakin menggunung. Iya, kan? Tapi kalau sudah waktunya mereka ngasih buku-buku lama mereka, yang sebetulnya sudah nggak mereka baca lagi, mereka juga susah ngasih atau menjual bukunya. Saya pribadi suka merasa kalau buku-buku saya itu sudah jadi bagian dari dunia saya dan kalau dikasih ke orang atau dijual, dunia-nya kerasa semakin mengecil.

3. Sering Disebut Sok Tahu (Padahal Karena Suka Baca)

Saya dulu sering banget dibilang sok tahu kalau di kelas karena sering banget mengacungkan tangan dan ingin berdiskusi. Tapi sebetulnya simpel sih. Sebetulnya karena saya baca saja saya jadi tahu, hehehe.

4. Tipe Idealnya Itu Karakter Dari Buku

Ini nih yang bikin ekspektasi para pembaca itu kadang-kadang terlalu tidak realistis. Kadang kalau baca itu ada karakter yang keren banget, karismatik, dan sangat atraktif. Dulu misalnya waktu SMP (sampai kuliah juga sih hehehe), selain Harry Potter, saya suka banget sama Eragon dari buku serial Inheritance Cycle karya Christopher Paolini. Tapi sudahlah…. nggak mungkin ada cowok penunggang naga, yang punya pedang ajaib dan punya kekuatan sihir di dunia nyata, kan?

5. Nggak Ngerti Dengan Orang Yang Nggak Suka Baca

Kutu buku itu biasanya tidak terlalu suka bergerombol karena mereka biasanya lebih nyambung dengan orang yang banyak baca juga dan mereka suka suasana yang lebih tenang. Tapi bukan berarti mereka nggak mau temenan sama orang, lho! Selain itu, kadang ada aja orang yang suka bilang “saya sih males baca” atau “saya nggak begitu suka baca.” Kalau dengar hal-hal kayak gitu saya sih cuma bisa terbelalak dan nggak bisa ngomong apa-apa hahaha. Ujung-ujungnya juga kalau ngobrol suka malah canggung dan nggak tahu harus ngomong apa lagi soalnya yang saya tahu adalah referensi dari buku-buku yang sudah saya baca, serial SciFi atau Fantasy, atau komedi yang super garing hahaha (aduh ketahuan geeky-nya).

 

Tapi kamu tahu nggak kalau kita membaca, apalagi membaca buku fiksi, bisa bikin kita jauh lebih berempati dengan orang lain? Yap! Ini karena kamu menggunakan sudut pandang orang lain dan berusaha memahami perasaan karakter tersebut. Keren kan? Nah, justru karena ini pembaca itu jauh lebi peka sama perasaan orang lain. Kalau kata karakter Atticus Finch dari buku To Kill a Mockingbird karya Harper Lee, kalau kita ingin memahami seseorang kita harus mencoba menempatkan diri kita di posisi orang lain terlebih dahulu.

Gimana? Kamu yang suka baca pernah merasakan ini juga? Atau kamu tahu teman kamu yang suka banget baca yang sering mengalami hal yang sama? Menurut kamu kutu buku itu punya dilema apa lagi sih?