Essenza Q. Bachreisy

Meet our favorite storyteller and LDR-newlywed fighter

Sama dengan remaja kebanyakan, cewek yang akrab disapa Echa ini juga dulunya pernah mengalami yang namanya fase pencarian jati diri yang bisa dibilang cukup dilematis. Kegalauan dan ragam masalah hidup khas anak ABG kerap ia curahkan melalui blog pribadi, hingga sempat dimuat dalam sebuah buku antologi berkat bakat menulis yang udah jadi passion-nya sejak lama. Seiring berjalannya waktu, perlahan Echa mulai menyadari kalau sebenarnya ia ingin menciptakan karya yang tak hanya bermanfaat baginya, tapi juga dapat membagikan hal positif untuk orang lain.

 

 

 

Inspirasi datang melalui kenangan masa kecil Essenza Quranique Bachreisy yang amat dekat dan menyenangi cerita dongeng. Hobinya dalam bernyanyi yang diikuti rasa penasarannya untuk mendalami dunia sulih suara, membawa Echa pada sebuah titik di mana akhirnya ia menemukan semua jawaban yang selama ini dicarinya. Berbekal pengalamannya sebagai radio announcers di sebuah radio lokal di Bogor, kini Echa aktif membagikan pesan positif dalam keceriaan dunia dongeng pada anak-anak melalui Sarang Cerita.

 

Bersama sang sahabat masa kecil, Kanya (Instagram/@essenzabachreisy)

 

Minimnya konten positif yang berkualitas bagi anak-anak, menggerakkan Echa dan sahabat masa kecilnya, Kanya Cittasara, untuk berkolaborasi menjadi duo pendongeng musikal yang menggabungkan bakat seni musik dan storytelling.  Dengan bermodalkan instrumen gitar dan marakas, Sarang Cerita setia membagikan beragam konten menarik dan bermanfaat secara online lewat YouTube dan Instagram, maupun berbagai kegiatan offline yang sesuai untuk anak-anak, sekaligus dapat menjadi inspirasi para orangtua.

"Dongeng itu menasehati tanpa menggurui,"
konsep ini membuat saya terketuk untuk mengemas motivasi diri
bagi anak dan orangtua menjadi cerita singkat penuh imajinasi
dari konflik sehari-hari.
Essenza Q. Bachreisy

Kesibukkannya dalam menjalankan Sarang Cerita, membawa Echa ke babak baru dalam hidupnya. Pertemuannya dengan sang calon suami melalui perantara orangtua (ta’aruf) memberikan warna baru dalam hidupnya. Tak berselang lama setelah pertemuan tersebut, kedua sejoli ini akhirnya memutuskan untuk menikah. Petualangan Echa pun berlanjut dengan kepindahannya ke Jepang untuk menemani sang suami yang ditugaskan bekerja di sana.

 

 

Di Jepang, Echa dan suaminya menempati suatu kota kecil di Yuasa, yang berlokasi di prefektur Wakayama. Selain dikelilingi dengan berbagai wisata alam yang indah, kota tersebut juga merupakan wilayah konservasi di Jepang karena masih memiliki banyak bangunan tua. Menjalani kehidupan di negeri orang tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi untuk Echa dan sang suami yang saat itu baru sebulan menikah. Terlebih lagi, sebagai muslimah di negara non-muslim, Echa menemukan berbagai kesulitan dalam hal beribadah, hingga mencari bahan masakan halal.

 

 Echa memulai kehidupannya di Jepang (Instagram/@essenzabachreisy)

 

Minatnya pada kebudayaan dan kesenian tradisional Jepang mempertemukannya dengan Bibi Kiyoko, tetangga Echa saat tinggal di Yuasa. Bersama Bibi Kiyoko, Echa banyak belajar tentang kesenian unik khas Jepang, cara membuat kerajinan tangan dan mainan, hingga mengunjungi beragam tempat wisata tradisional. Salah satu tempat yang tak mungkin dilupakannya adalah Yuasa Toy Museum yang meninggalkan banyak kesan bukan hanya untuk Echa pribadi, tapi juga untuk Sarang Cerita.

 

Bibi Kiyoko yang banyak mengajarkan Echa tentang kesenian Jepang (Instagram/@essenzabachreisy)

 

Siapa sangka kalau petualangannya di negeri matahari akan membawanya pada sebuah kesempatan yang tak pernah Echa duga sebelumnya. Setelah menceritakan lebih detail tentang Sarang Cerita pada Bibi Kiyoko dan pihak dari Yuasa Toy Museum, mereka mengundang Echa dan Kanya untuk menampilkan dongeng di museum tersebut. Kesempatan tersebut menjadi pengalaman yang sangat unik dan berharga bagi Echa dan Kanya, karena untuk pertama kalinya mereka bisa tampil di luar Indonesia. Pada kesempatan berharga tersebut, mereka membawakan dongeng ‘Si Kanchil: Kisah Sebenarnya’ (cerita dongeng buatan Kak Aio dari AyoDongengIndonesia, tentang kisah di balik cerita Si Kancil yang selama ini diceritakan suka mencuri mentimun) di depan anak-anak Jepang dan para orangtuanya. Tak hanya itu, Echa dan Kanya juga memberikan buah tangan mainan gangsing tradisional untuk anak-anak yang berkunjung dan memberikan wayang untuk tambahan koleksi di Yuasa Toy Museum. Lucu banget!

 

 

A post shared by Sarang Cerita (@sarangcerita) on

 

Melalui Sarang Cerita, Echa berharap untuk dapat terus membagikan cerita dongeng menarik, dan menginspirasi orang-orang disekitarnya baik melalui platform digital, maupun acara-acara offline. Kedepannya, Echa berencana untuk membuat buku cerita bergambar bersama Kanya, dan mendongeng untuk anak-anak TPA di daerah Bekasi sebulan sekali.

 

Perlahan tapi pasti, semoga dapat turut membangun konten digital berkualitas dengan menjadikan dongeng sebagai media lahirnya generasi bermimpi mulia.

In syaa Allah.

 

Wajar jika saat ini banyak dari kamu yang mungkin merasa belum yakin dengan tujuan hidupmu. Pada waktunya, kamu akan menemukan jawaban tentang apa yang ingin benar-benar kamu lakukan. Seperti perjalanan hidup dari Essenza Quranique Bachreisy yang pernah melalui masa-masa tersebut, karyanya kini telah banyak memberikan kesempatan untuk berbagi hal positif dengan orang-orang di sekitarnya melalui passion-nya. Kamu bisa mengambil inspirasi dari kisah Echa untuk membantumu dalam pencarian jati diri dan menggapai impianmu, girls.

Her Recommendation: Watch all Ghibli Movies!
5 USEFUL TIPS
  • Mulai dulu aja (jangan mager!)

  • Coba gabung di komunitas Ayo Dongeng Indo dan temukan berbagai teman se-passion & mentor untuk belajar di sana

  • Belajar untuk lebih sensitif ke lingkungan sekitarmu

  • Perbanyak referensi untuk inspirasi yang lebih luas

  • Percaya dengan orang lain/tim