Adriyanti Firdasari

Meet our favorite badminton coach, former athlete, and hijab fashion enthusiast.

Cedera lutut kanan yang dialami Adriyanti Firdasari memaksanya untuk gantung raket pada Desember 2015, tapi hal itu gak lantas membuatnya berhenti dari dunia bulu tangkis. Firda, sapaan akrabnya, malah langsung memutuskan untuk menjadi pelatih di klub Jaya Raya sebulan kemudian. Klub asalnya dimana ia berlatih, menimba ilmu, dan mempererat persahabatannya dengan Greysia Polii dan Pia Zebadiah, teman dekatnya yang juga seprofesi. Kerinduannya pada badminton disiasatinya dengan melatih dan membagikan pengalaman yang dimilikinya kepada anak-anak yang ia didik. Seperti itulah memang, mental yang semestinya dimiliki oleh para juara.

 

(Instagram/@firdasari)

 

Menjadi juara hingga di tingkat internasional pastinya gak akan didapatkan secara mudah. Seperti yang kita ketahui, girls, hampir gak ada satupun kesuksesan yang instan. Sejak perempuan yang hobi traveling ini menikmati masa kanak-kanaknya di Aceh, ia mulai mengembangkan potensi dan hobi bermain bulu tangkisnya di usia 8 tahun. Ayahnya yang juga berprofesi sebagai pelatih bulu tangkis, semakin membuatnya giat mengasah bakatnya bersama anak-anak yang lain. Berpindah dari satu kota ke kota lainnya karena harus mengikuti tempat bekerja sang ayah, gak membuat semangat Firda surut meski harus sering berpisah dengan teman-teman. Hal itu dibuktikannya dengan berbagai prestasi yang ia ciptakan dari hasil kejuaraan daerah dan provinsi yang kerap ia ikuti. Hingga pada usia 12 tahun, Firda yang sedang membuka pintu masa remajanya merasa mantap untuk serius berlatih dan mendalami bulu tangkis.

 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

 

A post shared by Adriyanti Firdasari (@firdasari) on

 

Demi mendukung prestasi anaknya, kedua orang tua Firda rela memutuskan untuk pindah dan menetap di Jakarta. Beberapa klub kecil menjadi persinggahan Firda untuk berlatih. Ia juga sempat masuk ke klub Tangkas, klub asal Liliyana Natsir sebelum akhirnya pindah ke Djarum. Tahun 1999, Firda akhirnya memutuskan untuk masuk klub Jaya Raya. Sebab, ayahnya tetap ingin Firda bersekolah. Baginya, menjadi atlet yang mempunyai pendidikan itu adalah keharusan, girls. Ayahnya gak ingin Firda menjadi atlet yang otaknya kosong. Nah, pada saat itu, klub Jaya Raya juga mendukung pendidikan bagi atlet mudanya. Firda diterima di Jaya Raya karena segudang prestasi yang telah ia kumpulkan. Beruntung, karena ayahnya juga seorang pelatih, Firda bisa mendapat latihan tambahan dari ayahnya secara cuma-cuma. Belum lagi gizi dan pertumbuhannya yang selalu dipenuhi dan diperhatikan ibunya. Itulah yang menyebabkan prestasi Firda lebih cepat naik ketimbang atlet muda yang lain.

 

“Masa muda… Potongan rambut kita sama semua ya…. 😂😂😂 Tempat potongnya sama di barber shop langganan belakang Ragunan #JayaRaya #masamuda #throwback”

(Instagram/@firdasari)

 

Selama menjadi atlet, Firda sama sekali gak pernah mendapat komentar negatif dari lingkungannya. Ia juga bebas melakukan kegiatan itu dengan senang hati. Hanya saja, yang namanya pertandingan pastilah gak melulu meraih juara. Ada saat dimana dirinya harus menelan kekalahan yang membuatnya sempat down. Menangis berhari-hari di kamar dan berniat ingin pensiun dini menjadi pelampiasannya mengeluarkan kekesalan. Namun, Firda cuma butuh beberapa hari untuk recovery, sampai akhirnya semangat lagi dan terus berpikir positif ketika berlaga di pertandingan selanjutnya.

 

“Kalau down saat kalah, biasanya ada waktu beberapa hari untuk recover lagi. Setelah itu mulai lagi, berpikir positif, terus semangat lagi.”

 

Merasa sudah terlalu lama menggeluti rutinitas yang itu-itu saja setiap harinya, sempat membuat Firda berencana pensiun ketika ia keluar dari pelatnas di tahun 2013, dua tahun sebelum akhirnya ia terpaksa gantung raket. Kala itu, orang tuanya menyarankan agar Firda bermain secara profesional dan kembali berlatih di klub Jaya Raya selama 3 bulan untuk menyegarkan pikiran, tanpa berambisi untuk menang. Firda hampir saja menolak, namun permintaan yang sama juga dilontarkan oleh Ketua Harian Pembangunan Jaya Raya, Imelda Wigoena, kepada Firda. Sampai akhirnya Firda menerima saran itu, ternyata ia juga merasakan bahwa untuk bermain di luar pun juga gak mudah, girls. Firda yang saat itu sedang sepi sponsor dan gak memiliki pemasukan, harus mengurus keberangkatannya sendiri untuk mengikuti pertandingan Malaysia Grand Prix Gold 2014. Ia bahkan gak segan untuk menumpang kamar kepada sesama pemain bulu tangkis di sana.

 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

 

A post shared by Adriyanti Firdasari (@firdasari) on

 

Uniknya, tanpa obsesi dan ekspektasi untuk menjadi juara, di pertandingan itu Firda malah masuk final dan memetik perak. Sejak saat itu, prestasinya kembali meningkat pesat. Ia juga ditawari menjadi kapten tim uber pada Uber Cup 2014. Berbagai tawaran kontrak dari sponsor menghampiri Firda. Biaya keberangkatannya pun diganti oleh klub asalnya. Firda kembali mendapatkan pemasukan yang besar dan hidupnya kembali terjamin. Bahkan peringkat ke-1 di Indonesia berhasil diraihnya pada akhir 2014.

“Banyak juga netizen yang berkomentar, jalan-jalan pakai uang negara. Padahal, mereka gak tahu aja, para atlet kalaupun jalan-jalan itu tetap paginya harus latihan dulu, lalu siang atau sorenya harus kembali ke hall, kalau ada teman yang tanding. Mereka gak tau aja kalau di balik itu semua, kita harus latihan dulu, harus capek dulu.”
Adriyanti Firdasari

Sampai akhirnya lutut kanannya cedera, yang mau gak mau harus menghentikan langkah Firda di pertandingan terakhirnya di akhir 2015. Firda pun memutuskan untuk operasi lutut malah ketika ia sudah menjadi pelatih. Ia bahkan sempat merasakan duduk di kursi roda dan berlatih berjalan menggunakan tongkat, karena luka di lututnya yang sudah terlanjur parah. Dokter pun melarangnya menumpu beban tubuh apapun di kakinya. Berangsur pulih, kini Firda membulatkan tekadnya melatih anak-anak didiknya, sambil sesekali ikut berlatih gerakan-gerakan kecil bulu tangkis pasca-operasi. Firda yang sekarang juga memutuskan untuk berhijab, mengaku bahwa kini ia sering mendapat undangan peluncuran brand terbaru terkait dengan kesenangannya pada dunia fashion.

 

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

 

A post shared by Adriyanti Firdasari (@firdasari) on

 

Target kedepannya selain terus melatih, Firda juga ingin segera memulai bisnis produk hijabnya, yang telah diprakarsainya bersama adik tercinta. Hobi travelingnya juga semakin mendarah daging dalam tubuh perempuan yang gemar membaca novel bergenre science fiction ini. Ditambah, suaminya yang seorang dive master, semakin membuat Firda menggeluti dunia diving saat liburan yang hanya bisa diambilnya di akhir tahun. Sementara itu, ada tiga destinasi impian yang ingin segera dikunjunginya. Demi menikmati keindahan dan kemewahan dunia bawah laut Indonesia, Firda ingin sekali berkunjung ke Pulau Kei di Maluku, Raja Ampat di Papua, dan Pulau Komodo di NTT.

 

Exploring the beauty of Indonesia (Instagram/@firdasari)

 

Keyakinan Firda dalam menaklukkan kekecewaannya ketika kalah dari pertandingan, patut banget kita contoh, girls. Proses berlatihnya yang keras dan rutin sehingga sering menjadikannya juara dunia juga layak menginspirasi kita. Kerja keras adalah salah satu kunci agar mental juara tertanam sekuat mungkin dalam jiwamu. Boleh saja kamu merasa kecewa dan menangis sesekali untuk melampiaskan kekesalan. Namun, perjalanan hidup terus berlanjut. Memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang kita punya haruslah dilakukan demi meraih medali paling bercahaya di dunia, yaitu kebahagiaan hidup.

HER ACHIEVEMENTS
  • Juara Indonesian Masters Grand Prix Gold 2014 di Palembang, Indonesia
  • Runner-Up Malaysia Masters Grand Prix Gold 2014 di Johor, Malaysia
  • Meraih Perak pada SEA Games 2011 di Jakarta, Indonesia
  • Meraih Perunggu pada Asian Games 2010 Women’s Team di Guangzhou, China
  • Runner-Up Macau Open Badminton Championship 2010 di Macau City, Macau
  • Finalis Uber Cup 2008
  • Meraih Perak pada SEA Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand
  • Juara Dutch Open 2006 di Den Bosch, Netherlands
  • Meraih Emas pada SEA Games 2005 di Manila, Pilipina
  • Juara New Zealand Open 2005 di New Zealand
Her Recommendation: Harry Potter Series, The Alchemist by Paulo Coelho, Coach Carter Movie
(and other movies about coaching and athlete)
5 USEFUL TIPS
  • Untuk perempuan yang masih ragu dengan kemampuan diri tapi ingin mewujudkan cita-cita menjadi atlet, lakukan aja apa yang kamu suka. Bulu tangkis mengajarkan kita untuk berkomitmen dan disiplin, yang pastinya itu bernilai positif.
  • Kalau orang tua belum mempercayai impianmu menjadi atlet, buktikanlah dulu dengan prestasi. Orang tua mana, sih, yang gak bangga melihat anaknya berprestasi.
  • Untuk para atlet, jangan pernah meremehkan cedera. Karena, kalau sudah parah, malah bisa memperlama waktumu untuk beristirahat.
  • Gak perlu takut merasa adanya kesenjangan gender. Kalau di bulu tangkis, bonusnya sama, juaranya juga diambil dari masing-masing gender. Jadi, gak ada persaingan antara perempuan dan laki-laki, semuanya sama dan setara. Mungkin, hanya proses melatihnya saja yang berbeda.
  • Kalau punya cita-cita, sebaiknya dimulai saja dulu. Manusia ‘kan gak pernah tahu apa yang akan terjadi berikutnya.