Kemajuan teknologi berhasil meruntuhkan batas ruang dan waktu dan semakin memudahkan siapapun untuk membawa bisnisnya agar dapat menembus pasar global. Tapi, bukan berarti ini jadi perkara yang bisa dianggap remeh, lho. Persaingan yang menjadi lebih luas berarti juga perlu dihadapi dengan kecermatan, supaya gak salah langkah dan berdampak buruk pada bisnis yang kamu jalankan. Hal tersebut sudah diantisipasi oleh pihak Jakarta Fashion Week (JFW) melalui program Indonesia Fashion Forward (IFF) yang terbukti sukses menjadi wadah dan membawa desainer juga fashion brand Indonesia untuk mempersiapkan diri menembus pasar global.
Beberapa desainer dan fashion brand sempat berbagi kisah sukses mereka dalam konferensi pers untuk menyambut JFW 2020 pada Selasa (5/3) lalu, diantaranya: label Bateeq dari Michelle Tjokrosaputro, serta PVRA karya Kara Nugroho dan Putri Katianda yang sukses menampilkan koleksinya di hari kedua ajang Fashion Scout, inilah wadah bagi para desainer baru, bagian dari London Fashion Week Autumn/Winter 2019. Acara ini berlangsung di Freemason’s Hall, London, 15-17 Februari 2019.
Ada juga cerita dari Japan Fashion Week Organization sebagai salah satu partner internasional JFW sejak awal juga kembali membukakan gerbang ke Amazon Fashion Week Tokyo yang prestisius. Kali ini, giliran Danjyo Hiyoji dan Eridani yang terpilih menghadirkan koleksi terbaru mereka di Shibuya Hikarie, 18-20 Maret 2019 mendatang. Gak ketinggalan hadir desainer label modestwear Jenahara yang memadukan streetwear dengan modest fashion dalam koleksi bertajuk Koma di S-Factory, Seoul Fashion KODE pada 14-16 Maret 2019 mendatang bersama dengan PVRA.
Selain asyik ngobrol dengan para suksesor IFF, tim Rimma juga sempat berbincang langsung bersama Project Director dari JFW, Lenny Tedja, untuk mengulik tentang hal apa saja yang perlu dipersiapkan untuk sebuah fashion brand agar dapat bersaing di kancah internasional. So, buat kamu yang punya visi untuk membawa bisnis kamu ke pasar global, coba aja cek rangkuman dari obrolan tim Rimma bareng Lenny Tedja di bawah ini:
1. Bisnis lokal yang makin banyak bisa go international
Setelah mengamati perkembangan industri fashion tanah air melalui JFW yang sudah berjalan selama 12 tahun, Lenny Tedja yang juga sempat berkecimpung di industri ritel mengungkapkan bahwa banyak kemajuan yang dialami pasar mode dalam negeri. Dengan sumber daya manusia yang penuh bakat di Indonesia dan banyaknya lembaga yang dapat mengelolanya dengan baik, membuat pertumbuhan bisnis fashion di dalam negeri begitu pesat.
Belum lagi kepercayaan masyarakat Indonesia pada fashion brand lokal yang sudah jauh meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya turut mendukung iklim bisnis dalam negeri. Tak hanya berpuas sampai di sini, program IFF diharapkan bisa mempersiapkan dan membawa nama-nama label lokal lainnya ke pasar global. Kesempatan ini gak jarang membuahkan kesempatan bagi banyak fashion brand Indonesia agar bisa dilirik dan dapat berkolaborasi dengan desainer juga pengrajin dari mancanegara. Hasilnya gak main-main, lho! Kualitas dan reputasi dari industri fashion tanah air jadi makin diperhitungkan di mancanegara.
2. Tapi, kesuksesan kembali ke tangan fashion brand itu sendiri
Diakui Lenny kalau gak semua fashion brand yang dibina dalam program IFF bisa sukses. Walau setiap rumah mode yang dipilih secara selektif sudah memiliki potensi yang kuat, namun kesuksesan tetap ditentukan oleh desainer dan brand yang bersangkutan. Seringkali, kurangnya komitmen jadi batu sandungan bagi banyak fashion brand untuk dapat berkembang.
Sebagai program inkubasi, IFF hanya sebatas memfasilitasi setiap brand untuk dapat menajamkan identitasnya dan membina dari segi strategi bisnis. Tapi, keputusan sepenuhnya kembali pada masing-masing pihak. So, bisa disimpulkan bahwa setiap pelaku bisnis perlu lebih berkomitmen dan memastikan agar bisnisnya bisa sustainable. Hmm, wajib dipertimbangkan matang-matang nih!
3. Banyak keuntungan dan fasilitas yang didapatkan selama mengikuti IFF
Secara umum, jika seorang desainer ataupun fashion brand ingin masuk ke program IFF ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Beberapa diantaranya adalah bisnis yang sudah berjalan selama kurang lebih selama tiga tahun, struktur perusahaan yang terorganisir, kreativitas dan kualitas, serta yang paling penting adalah komitmen.
Meski terbilang ketat, ada banyak keuntungan yang bisa didapatkan kalau berhasil lolos dalam program ini, lho. Salah satunya adalah kesempatan untuk menampilkan koleksi karya di fashion week terkemuka di kota fashion dunia, yang secara otomatis juga bisa menjadi bahan liputan media-media mancanegara. Sebagai desainer, pastinya bangga, dong, kalau fashion brand kamu bisa dikenal secara luas di negara lain. Gak sampai di situ aja, kesempatan untuk dilirik fashion buyer juga pastinya makin terbuka lebar.
4. Bukan sekadar punya modal dan bakat, komitmen dan konsistensi jadi faktor terbesar dari kesuksesanmu
Tahan banting mungkin bisa jadi kata sifat yang tepat buat merangkum tips yang diberikan oleh Lenny Tedja bagi para fashion brand untuk dapat terus eksis. Selain keseriusan dan komitmen yang mesti selalu dipegang teguh, perencanaan jangka panjang dan matang juga diperlukan agar bisa bertahan di industri yang kompetitif ini.
Sedikit bocoran aja, nih. Banyak dari fashion buyer dari pusat perbelanjaan ternama yang selain ingin melihat keseriusanmu dalam menjalankan bisnis, tapi juga mau membuktikan apakah fashion brand yang kamu kelola bisa bertahan lama. Rata-rata mereka baru akan membeli karyamu dan mendistribusikannya setelah mengikuti trade show di luar negeri jika sudah berpartisipasi selama 3 musim. Nah, inilah kenapa kesabaran dan strategi cermat sangat diperlukan, supaya fashion brand kamu bisa eksis terus.
Udah siap menetapkan hati dan niatmu untuk berkarya di industri fashion? Kalau jawabannya iya, gak ada salahnya buat kamu mencoba untuk melebarkan sayap, salah satunya dengan ikutan program Indonesia Fashion Forward dari Jakarta Fashion Week ini!
Leave a Comment