Setiap saat kita disuguhi berbagai film tentang cinta. Mulai dari produksi Hollywood, drama Korea, sampai bikinan dalam negeri; semua berkutat pada tema kehilangan, putus-nyambung, sampai friendzoned. Tapi, apakah sebenarnya pesan yang kita dapatkan sesuai dengan apa yang kita rasakan di dunia nyata. Jawabannya bisa ya, bisa juga tidak. Sebab, durasi 120 menit tentu gak cukup buat menggambarkan semua perasaan di hati kita. Hmm… Kayaknya bakal menarik kalau kita mau menelaah apa yang sering kali terkandung dalam film romantis dan hubungannya dengan kisah cinta kita di dunia nyata. Yuk, kita ulas!
1. Pada awalnya, naskah ditulis berdasarkan pengalaman yang terjadi di lingkungan, ada juga yang mengadaptasi dari novel percintaan, kemudian dikembangkan berdasarkan pasar
Gak sedikit film layar lebar yang lantas mengadaptasi cerita romantis dari buku-buku roman picisan yang lagi digandrungi para pembacanya. Sebut saja Dilan 1990 dan Dilan 1991 yang sebentar lagi akan muncul di bioskop. Biasanya sebelum diangkat menjadi film para sineas terkait akan meriset latar dan waktu adegan dalam cerita di dunia nyata, sehingga membuatnya menjadi drama yang seolah-olah benar terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Sayangnya, makin ke sini, gak sedikit juga yang minim riset dan observasi, sehingga pesan yang disebarkan dalam film terasa kurang sampai dalam logika dan hati kita yang sebenarnya. Sepertinya memang benar adanya jika sebuah karya yang diciptakan dengan menghasilkan jutaan liter peluh ketika memprosesnya akan menghasilkan film yang lebih berkualitas dan terasa dekat dengan penonon. Namun, semuanya balik lagi kepada selera pasar, bukan?
2. Industri film membutuhkan kisah cinta yang dapat menarik empati dan gejolak emosi para penontonnya
Gak bisa dipungkiri jika industri film memang membutuhkan pemasukan dana dengan jumlah besar untuk bisa berkembang. Oleh sebab itulah para kreator film kerap membuat film dengan tema yang selalu menarik untuk ditonton banyak orang. Yap, bumbu cinta, komedi, tangis, dan sedikit adegan vulgar di dalamnya biasanya menjadi andalan agar dapat menarik minat penonton untuk datang ke bioskop, girls. Hal itu gak selalu buruk kok, cukup banyak juga film yang berisikan hal-hal di atas dengan kemasan yang berkualitas dan tetap mengenyangkan batin para penikmat filmnya.
Tapi tak jarang dengan alasan ‘pasar’, semua bumbu tersebut dikemas dengan asal-asalan sampai gak masuk di nalar sehat. Padahal ada tanggung jawab moral dalam setiap adegan yang ditawarkan dalam film yang kita tonton. Nah, buat kamu yang merasa geram dengan produk layar kaca seperti ini. Kamu bisa membantu perbaikannya dengan menulis review tentang film yang kamu rasa kurang memuaskan. Dengan begitu, kamu telah turut andil dalam mengembangkan dunia perfilman menjadi lebih baik.
[su_box title=”Editor’s Pick:”]
- Seru dan Punya Banyak Pesan Moral, Tonton 8 Film Ini Sebelum Kamu Masuk Kuliah
- Bangga Dengan Karya Anak Bangsa, 2 Film Ini Diadaptasi dari Komik dan Game Buatan Lokal, Lho!
- Hubungan Cintamu Gak Direstui Orang Tua? Jika Kamu Sudah Yakin, Coba Cek Beberapa 6 Langkah Ini Untuk Meyakinkan Keluargamu
- Bertema tentang Makanan, 5 Film Asia Ini Bakal Bikin Kamu Jadi Lapar Sepanjang Nonton
- Wah, Ternyata Caramu Berpakaian Bisa Mempengaruhi Acara Kencanmu, 5 Hal Ini Menjelaskan Alasannya!
[/su_box]
3. Melalui film romantis kita diajak untuk flashback ke masa lalu dengan kisah cinta yang pernah dialami
Biasanya, kita tertarik untuk menentukan film apa yang akan kita tonton dengan melihat isi cerita. Meskipun banyak juga yang tertarik hanya karena pemainnya adalah aktor idola. Tapi, kalau isi ceritanya pernah menggambarkan situasi dimana kita pernah mengalaminya, itu akan menjadi alasan yang lebih kuat untuk kita menontonnya sembari bernostalgia.
Namun, sering kali apa yang dilakoni dalam film itu gak sesuai dengan yang pernah kita rasakan. Misalnya saja, ketika kita melihat dua orang sepasang kekasih yang sedang ribut, lalu semua masalah jadi selesai karena sang kekasihnya menciumnya. Secara logika, reaksi seperti itu pastinya gak akan menyelesikan masalah apapun, bukan? Itulah sebabnya gak semua kisah cinta yang difilmkan dapat direlasikan dengan kisah cinta yang sebenarnya.
Sayangnya, kita acap kali terbuai dengan kutipan-kutipan manis yang dilontarkan si aktor kepada pasangannya dalam film, yang bahkan di luar nalar.
4. Bagi yang belum pernah mengalami cinta, film romantis hanya memberikan angan, bukan pengalaman
Banyak juga di antara kita ketika menonton film romantis lantas membayangkan kalau saja si pemeran itu adalah kita, dan pasangannya adalah lelaki yang kita sukai diam-diam. Kenyataannya kita bahkan gak punya keberanian untuk mengajak gebetan kita berkenalan. Terlalu banyak yang dirasa kebetulan, jika kita berkiblat kisah cinta seperti di film. Sehingga kita malah dibuatnya gigit jari, karena dunia nyata yang kita tinggali ini malah sering membuat kita kecewa karena gak sesuai dengan apa yang kita lihat pada adegan di film-film kesayangan.
5. Nyatanya, perasaan manusia pada umumnya gak semudah itu bisa menerima dan diterima
Jika kita telaah lebih lanjut, pemeran perempuan dan laki-laki yang sedang meributkan persoalan drama percintaan pada akhirnya akan kembali lagi menjalani kisah cinta mereka dalam waktu break yang super singkat. Perempuan sering diidentikkan dengan manusia yang mudah terbawa perasaan, sehingga dilakonkan dengan peran mendayu-dayu, cengeng, dan hobi curhat. Sementara laki-laki dibentuk dengan peran yang kuat, logis, dan mudah tergoda perempuan lain.
Padahal, dalam kehidupan nyata, gak sedikit kok yang malah bertindak kebalikannya. Bisa jadi, predikat mudah baper yang melekat pada perempuan itu diawali dari peran-peran yang dimainkan dalam film-film ber-genre tersebut, girls. Gak jarang juga yang akhirnya mencontoh perilaku si pemeran perempuan ketika menghadapi permasalahan dalam cinta. Padahal, drama kehidupan nyata dan film itu sudah pasti berbeda. Perasaan dan pemikiran manusia itu jauh lebih kompleks ketimbang yang diperankan dalam film. Boleh-boleh saja, jika kamu mau mengambil sisi baik dan pesan positif yang disebarkan dalam film, yang penting kamu mesti ketahui dulu, mana yang kiranya tepat untuk kamu ambil dan mana yang sebaiknya dilupakan.
Jatuh cinta dan dicintai itu memang meningkatkan kebahagiaan dan kesenangan. Tapi jangan lupa, kalau kamu sedang hidup di dunia nyata, dan bukan sedang berperan di panggung sandiwara semata.
Leave a Comment