Memaknai 3 Pilihan Dalam Memutuskan Menikah, Menikah Muda, Menunda, atau Malas Menikah?

Manusia terlahir dengan prinsip hidup yang berbeda-beda. Termasuk mengenai pernikahan, konsep keterikatan antara dua orang yang tadinya gak saling mengenal lalu menjadi satu keluarga utuh ini, akan mengharuskan kita mengalami berbagai rutinitas dengan satu orang yang sama selama berhari-hari, bertahun-tahun bahkan dalam seumur hidup.

Bicara soal perkawinan, ada beberapa perbedaan sikap mengenai ini. Pertama, jika hati dan pikiran seseorang sudah mantap untuk hidup bersama kekasih yang dimilikinya, ia gak akan ragu untuk lanjut ke jenjang yang lebih serius. Tapi untuk mereka yang merasa masih ragu, mereka akan memilih untuk menunda pernikahannya hingga merasa yakin dengan pilihannya sendiri. Nah, ada lagi yang merasa belum menemukan pujaan hati yang bisa dicintainya dengan tulus, bisa-bisa hal ini semakin membuatnya gak memprioritaskan diri untuk menikah. Lalu, kita harus bagaimana?

Memahami pernikahan secara bahasa, agama, dan psikologi

Via Freepik.com

Sebelum pada akhirnya kamu memutuskan untuk menikah muda maupun memilih untuk gak menikah, ada baiknya kalau kita memahami makna pernikahan dari berbagai aspek terlebih dulu nih, girls. Menilik hukum agama, pernikahan adalah kewajiban yang harus dilakukan layaknya beribadah, selain untuk memperbanyak keturunan juga untuk menjaga cinta dan kasih antar dua orang berbeda jenis dalam satu ikatan yang sah, terlebih demi menghindari zina.

Sementara itu, kalau kita memandang pernikahan dari sisi psikologi, makna pernikahan yang sebenarnya adalah pembagian dua kehidupan yang melibatkan ikatan tubuh, jiwa, dan roh dua orang manusia dalam persatuan fisik, emosional, mental, dan spiritual. Bahkan, dalam pernikahan juga harus mempersiapkan persetujuan, melepaskan keegoisan, membentuk generasi baru, serta bersama-sama belajar menjadi pribadi yang bertumbuh, terlebih bisa saja berubah cara pandangnya kelak.

Mengapa banyak orang yang akhirnya memutuskan untuk menunda pernikahan dan bahkan malas menikah?

Via Freepik.com

Salah satu alasan yang paling banyak muncul ketika seseorang mengambil keputusan untuk menunda menikah adalah belum adanya kecukupan finansial. Banyak anak muda yang berpikir kalau menikah harus terlebih dulu memiliki pekerjaan tetap, dan kalau perlu memili rumah serta kendaraan sendiri. Gak sedikit pula laki-laki yang merasa perlu menjadi calon suami yang mampu menafkahi istri dan anaknya nanti, makanya gak sedikit yang terus mengejar karier demi terwujudnya limpahan materi sehingga bisa memenuhi kebutuhan rumah tangganya suatu saat nanti.

Sebenarnya, banyak juga perempuan yang berpikir sama dengan apa yang dipikirkan laki-laki tentang karier dan materi. Hanya saja, laki-laki hampir selalu merasa dirinya akan memikul tanggung jawab yang sangat besar setelah menikah. Sementara perempuan, lebih sering merasa bahwa ia ingin mewujudkan segala impiannya terlebih dulu sebelum akhirnya nyemplung menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga. Padahal, gak menutup kemungkinan jika setelah kita menikah, kita juga bisa tetap bekerja bagaimanapun caranya.

Argumentasi lain seseorang untuk tidak memprioritaskan menikah adalah karena belum adanya kesiapan fisik dan psikis. Mereka berpendapat bahwa, ketika menikah kita harus siap dalam segala hal selain materi, yakni siap secara fisik dan mental, terlebih para perempuan di zaman sekarang sering kali merasa belum bisa menerima seseorang untuk menjadi kepala rumah tangga dan pengatur jalan hidupnya kelak.

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

Menentukan waktu yang ideal untuk menikah

Via Freepik.com

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menganggap usia ideal untuk menikah bagi perempuan Indonesia minimal 21 tahun. Sementara, sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of Social and Personal Relationship pada 2012 menjelaskan, bahwa usia 25 tahun ialah usia yang paling ideal untuk menikah. Sedangkan, Biro sensus AS di tahun 2013 mengatakan bahwa usia ideal menikah adalah usia 27 tahun untuk perempuan dan 29 tahun untuk laki-laki, agar masa pernikahan lebih langgeng dan gak rentan bercerai. Pada usia tersebut, manusia dianggap lebih mampu berpikir matang dan bertindak dewasa jikalau menemukan aral dalam pernikahannya kelak.

Alasan-alasan dalam pertimbangan menikah dan tidak memprioritaskan menikah

Ada berbagai macam alasan seseorang yang memilih menikah muda maupun tidak, beberapa di antaranya menyatakan bahwa sebelum memutuskan menikah haruslah mempersiapkan segalanya, mulai dari mental, fisik, dan lain sebagainya. Gak cuma itu, ada juga beberapa alasan matang dari mereka yang belum menginginkan untuk segera menikah, lantaran lebih mementingkan karier dan belum adanya kesiapan mental dari dalam dirinya. Berikut rangkuman wawancara Rimma.co dengan beberapa narasumber.

Benedikta (25), @benedktdh, Karyawan, belum memprioritaskan menikah

“Sampai sekarang, gue belum memprioritaskan untuk menikah, karena gue termasuk orang yang bekerja untuk keluarga, ‘support’ rumah. Dengan gue memutuskan untuk menikah, itu artinya gue akan punya 2 rumah, dan gue belum siap untuk itu. Buat gue sih, keluarga, adik, dan orang tua yang harus gue bahagiakan terlebih dulu, baru setelah itu pasangan atau suami gue nanti. Selain itu, sebagai perempuan gue pengin apapun yang gue kerjakan bisa bermanfaat buat orang lain dan ingin berkarier yang baik dulu. Karena menurut gue, semuanya akan berbeda setelah gue menikah.”

Intan Yunitasari (25), @intanyunitass, Entrepreneur, sudah menikah muda

“Waktu itu gue nikah di usia 23 tahun. Salah satu alasan gue nikah muda itu karena gue pengin punya anak banyak, karena gue kan anak tunggal. Nah, karena gue pengin punya anak banyak, gue maunya sampai nanti gue hamil lagi gitu, gue masih kuat dan tangguh. Gue pun juga udah siap sama segala risiko yang ada ketika memutuskan nikah muda. Lagipula, pernikahan menurut gue adalah suatu kewajiban dan pilihan hidup, yaitu menikah sekali untuk selamanya.”

Dita (30), @ditalastluna, Freelancer, menikah di usia yang dianggap tepat

“Gue nikah di usia 27, usia yang gue anggap oke untuk menikah. Waktu itu sih alasan gue menikah adalah capek pacaran yang putus-nyambung melulu. Mengingat, gue dan suami juga berawal dari teman, lalu kita dekat, lalu memutuskan buat nikah. Menurut gue, untuk orang-orang yang gak mau menikah itu karena mereka memiliki banyak faktor, kayak gak punya materi yang cukup, gak ada yang mau, atau bisa jadi karena dia merasa cukup untuk hidup sendiri. Sementara untuk yang nikah muda, ya gak apa-apa. Asalkan mereka sudah siap dan sadar dengan apa yang akan mereka hadapi ketika berumah tangga nanti.”

Nanda (28), Karyawan, tidak memprioritaskan menikah

“Kalau gue sih, memprioritaskan diri buat traveling! Hahaha… Ada banyak faktor yang menjadi alasan gue untuk gak memprioritaskan menikah, salah satunya adalah gue gak siap mendedikasikan hidup gue buat seseorang dan harus menjadikan dia sebagai imam yang seakan-akan harus menentukan banyak pilihan untuk hidup gue nantinya. Sementara, menurut gue menikah adalah sebuah langkah berani, terlebih nikah muda, asal lo siap. Karena ketika menikah kita juga harus menyiapkan mental dan komitmen seumur hidup.”

Memilih untuk menikah atau menunda menikah atau malah tidak menikah adalah hak setiap manusia. Kita gak perlu mengomentari pilihan orang lain, apalagi malah mengatur kehidupannya. Kesiapan setiap orang dalam menjalani sebuah biduk rumah tangga memang berbeda-beda. Apalagi kita akan disuguhkan drama kehidupan yang sesungguhnya ketika menikah, yang tentunya akan menguras emosi kita apabila menemui rintangan di dalamnya. Sebab, hal utama yang harus dipikirkan dalam sebuah pernikahan selain kesiapan individu ialah kesetiaan yang mesti berlaku selamanya.

Siti Annisa

Bagian dari spektrum!

No Comments Yet

Comments are closed