Nggak Semua Orang Setuju Body Shaming, 5 Hal Ini Bisa Mengubah Kebiasaanmu Mengomentari Fisik Seseorang

Pernah gak sih girls, ketika bertemu dengan kawan lama di suatu acara, mereka menyapamu dengan candaan yang menyinggung bentuk tubuh semisal, “Hei, kamu kok kurusan, sih? Hidupmu tertekan, ya?” atau dengan alasan ngasih saran, temanmu bilang “Rambutmu makin keriting aja, padahal kalau dilurusin akan makin cakep, lho!” dan basa-basi lainnya.

Ada juga nih, kebiasaan seseorang yang nampaknya senang-senang aja memanggil atau menjuluki temannya dengan sapaan yang merujuk pada fisik seperti, “si ndut, si jelek, si kecap, si cebol”, dan lain sebagainya. Seakan-akan, sapaan itu menjadi panggilan sayang kepada temannya, dan uniknya lagi teman yang dijuluki seperti itu malah santai-santai saja menyahutinya.

Jika hal itu lumrah terjadi di keseharian kamu, bisa jadi lingkunganmu menganggap kalau kebiasaan body shaming sebagai sesuatu yang wajar, girls. Nah, apa sih body shaming itu sendiri? Hampir sama dengan beauty standards, problema mengenai body shaming juga merujuk pada kritik atas bentuk tubuh dan penampilan fisik seseorang. Lalu apakah kebiasaan itu boleh kita biarkan?

Hati manusia gak ada yang tahu, persepsi setiap orang itu berbeda

Via Freepik.com

Sebagian orang memang masih ada yang gak masalah sama body shaming yang ditujukan untuknya. Tapi kita juga gak pernah tahu gimana isi hati temanmu yang sebenarnya saat dikritik bentuk tubuhnya, bukan? Bisa saja diam-diam dia memendam kesal namun merasa gak enak untuk menegurmu karena dia gak mau ribut denganmu.

Nah, mulai saat ini ada baiknya kita hentikan habit tersebut agar tidak membuat perasaan orang lain tersinggung. Jangan sampai orang di sekelilingmu merasa rendah diri hanya karena celotehan iseng dengan dalih saran atau ungkapan sayang seperti ini, yuk. Untuk mengubah etiketmu menjadi lebih bermanfaat, ada 5 hal yang bisa kamu pelajari nih, girls!

1. Dilihat dari gayanya, body shaming itu terbagi menjadi 3 cara

Ada 3 cara body shaming yang perlu kamu tahu. Pertama, body shaming yang dilakukan untuk mengomentari bentuk tubuh sendiri dan membandingkannya dengan orang lain. Kedua, body shaming yang diperbuat untuk mengkritik fisik seseorang secara langsung di hadapannya dan di hadapan orang lain. Ketiga, body shaming yang membicarakan penampilan seseorang di belakang orang itu dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Acap kali, awal mula terjadinya kebiasaan body shaming dalam psike manusia itu ada pada cara pertama. Tanpa sadar, kita mungkin sering membandingkan bentuk tubuh kita dengan orang lain. Contohnya, ketika ada sesorang yang hidungnya lebih mancung, kita akan berujar, “pantas dia cantik, hidungnya mancung banget, gak kayak aku yang pesek,” sikap malu, rasa kurang puas, dan merendahkan diri sendiri itulah yang menjadikan kita terbiasa untuk terfokus pada fisik orang lain. Walhasil, ketika bertemu dengan seseorang, kita langsung terpusat pada kekurangan bentuk tubuhnya. Padahal, ada yang lebih patut kamu syukuri, yaitu segala apa yang sudah kamu miliki. Karena keunikan manusia itu berbeda-beda.

2. Menyadari dampak body shaming pada setiap orang itu berbeda

Via Freepik.com

Jadikan ini mantra: gak semua orang berbesar hati menerima sindiranmu sebagai panggilan sayang, gak semua orang senang dikomentari fisiknya, dan gak semua orang membutuhkan kritikmu untuk mengubah penampilannya.

Sementara itu, salah satu dampak bagi mereka yang gak terima jika kamu mengomentari bentuk tubuhnya, misalnya tentang badan yang gemuk itu gak menarik, mereka bisa saja menjadi kurang percaya diri dan berambisi untuk menjadi kurus, meskipun dengan cara berdiet yang tidak sehat.  Nah, kalau mereka sudah jadi kurus, memangnya body shaming terhadapnya berhenti begitu saja? Belum tentu, girls. Orang lain yang berpandangan bahwa kurus itu tidak baik, bisa jadi menyarankannya untuk menaikkan berat badannya lagi. Seiring berjalannya waktu orang yang sering kamu kritisi itu akan mengalami depresi dan obsesif membentuk tubuh yang ideal. Pastinya itu berbahaya dong!

Related Post

[su_box title=”Editor’s Pick:”]

[/su_box]

3. Mengubah obrolan dengan terfokus pada persoalan yang lebih penting selain fisik

Jujur deh, bosan gak sih kamu, kalau saat bertemu teman yang pertama dikomentari adalah fisik melulu? Atau jangan-jangan malah kamu yang melakukan itu? Sesungguhnya, ada banyak permasalahan yang lebih seru untuk diperbincangkan bersama teman! Misalnya, bertanya tentang kesibukannya, hobinya, atau bahkan keahlian baru yang sedang digeluti temanmu. Dengan mengambil istilah sambil menyelam minum air, kamu bisa ikutan terinspirasi dan mempelajari kegiatan baru tersebut. Tentunya ini akan lebih berguna!

Selain itu, kamu juga bisa membuka obrolan dengan info terkini seperti, “Kamu nonton bola gak kemarin? Indonesia menang, lho!!!” contohnya. Pastikan apa yang keluar dari bibirmu adalah hal yang informatif, berfaedah, dan positif.

4. Beranilah berkata, “jangan panggil aku begitu!” dan “jangan mengomentari bentuk fisikku!”

Kalau kamu gak suka dipanggil “pesek”, maka utarakanlah. Kalau kamu gak suka orang lain mengomentari bentuk tubuhmu, maka beritahulah. Semestinya hidup ini adil, girls. Jika menurut mereka memanggilmu dengan kata-kata sindiran itu bukan masalah, maka bukan suatu kesalahan pula jika kamu menolaknya.

Kecuali jika kamu tidak mempersoalkan body shaming yang ditimpakannya padamu, kamu juga berhak untuk menganggapnya hal sepele yang gak perlu dilawan. Tapi, sebisa mungkin kamu tidak perlu melakukan body shaming kepada temanmu yang lain, ya. Sebab, kamu harus ingat poin kedua di atas.

5. Lupakanlah beauty standards sesaat, dan ingatlah terus akan kesuksesan

Setiap orang memang berlomba-lomba untuk menjadi sempurna. Sayangnya, sering kali tujuan menjadi perfeksionis itu diutamakan pada penampilan fisik saja. Bertubuh sintal lebih menarik, berkaki jenjang lebih terlihat bagus kalau difoto, hidung yang mancung sudah pasti membuat orangnya cantik dan ganteng, pakai makeup pun harus flawless dengan bentuk alis yang harus sama. Sebenarnya gak ada yang salah dengan itu semua sebab kebahagiaan orang itu berbeda, namun yang kurang tepat adalah jika kita terlalu terpusat dan tertuju pada kesempurnaan penampilan saja. Padahal, masih banyak persoalan lain yang lebih penting untuk dipikirkan dan direalisasi. Salah duanya keahlian dan kesuksesan. Jika kamu sudah mampu memiliki keahlian yang bermanfaat dan berhasil meraih kesuksesan, segala rencana diri akan semakin mudah diwujudkan.

Mengubah kultur yang sudah berakar dan menjamur itu sebenarnya mudah, girls. Kuncinya adalah memikirkan dampak perbuatanmu kepada orang lain dari berbagai perspektif, lalu niat, dan terakhir adalah kemauan untuk melakukannya.

Siti Annisa: Bagian dari spektrum!
Related Post
Leave a Comment