Girls, biasanya berapa lama waktu yang kamu habiskan buat berbelanja pakaian? Mungkin gak jarang teman atau bahkan pacarmu jadi bete cuma gara-gara kamu yang menghabiskan waktu lama karena gak bisa menentukan pilihan dalam berbelanja. Eits, udah gak zamannya lagi buat menghabiskan waktu dan tenagamu buat mengelilingi mal atau pusat perbelanjaan sampai berjam-jam cuma buat mencari item yang ideal buatmu! Di zaman serba canggih seperti sekarang ini, udah saatnya kamu menggunakan teknologi buat bikin waktumu jadi lebih efisien dan efektif. Mau tahu gimana caranya? Baca aja ulasan lengkap tentang artificial intelligence (AI), teknologi masa kini yang bisa membuat pengalaman berbelanjamu jadi makin asyik di bawah ini!
1. Karena konsumen ingin dimengerti~
Mana yang biasanya kamu dahulukan, cek koleksi terbaru dari fashion brand favoritmu, atau browsing buat nyari informasi harga dan promo menarik sebanyak-banyaknya? Kalau kamu termasuk cewek yang sering update informasi baik lewat gadget kesayanganmu, kemungkinan besar kamu pasti lebih mengutamakan pilihan kedua. Iya gak, girls?
[interaction id=”5b73b0e4cd0ad75df227170c”]
Pasalnya, kemudahan dalam mencari informasi di era digital ini turut memberikan kemudahan bagi konsumen untuk membandingkan produk dan harga yang paling sesuai dengan kebutuhannya. Platform analisa situs internet, Kissmetrics, mencatat sebanyak 74% pola berbelanja sandang melalui e-commerce, yang sedang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir, banyak dipengaruhi oleh informasi yang didapat dari media sosial. Di zaman serba media sosial seperti sekarang ini, ciri khas dan personal branding bukan cuma mainannya para public figure atau influencers aja. Generasi sekarang udah lebih aware untuk menciptakan dan mengekspresikan identitas diri mereka melalui platform tersebut. Baik disadari atau tidak, kamu yang aktif di media sosial pastinya punya “filter” masing-masing tentang konten seperti apa yang bisa lolos seleksi untuk dipampang di akun pribadimu. Salah satu diantaranya adalah pertimbangan ketika mengenakan pakaian tertentu. Hal tersebut secara tidak disadari juga dapat memengaruhi cara dalam memilih fashion item yang paling sesuai dengan self-image yang ingin kamu tampilkan.
Faktor lain yang gak kalah penting buat jadi bahan pertimbangan bagi para calon pelanggan dalam berbelanja pakaian adalah review dan rating yang diberikan terhadap sebuah brand/marketplace. Demi keamanan, feedback dan pengalaman orang lain biasanya digunakan sebagai acuan yang dapat memengaruhi keputusan seseorang untuk memilih tempat berbelanja yang dirasa bisa dipercaya, terutama secara online. Dari situ pula, para calon konsumen bisa merasa semakin yakin untuk membelanjakan uangnya dengan harapan untuk mendapatkan pelayanan dan kualitas barang yang memuaskan.
Fenomena ini berdampak pada pola berbelanja banyak orang di masa kini yang cenderung lebih mengutamakan harga, kualitas barang, hingga desain yang sesuai dibandingkan reputasi sebuah merek. Mungkin kamu sering mengalami kejadian saat menemukan model pakaian yang pas, tapi harganya gak pas di kantong. Atau, sebel sekaligus shock saat ngeliat label harga selangit dengan kualitas barang yang gak sebanding. Pemenuhan aspek-aspek tersebut sangatlah penting dan mesti jadi perhatian banyak fashion brand untuk menarik minat konsumen masa kini yang jauh lebih smart dan selektif.
2. Jeli memanfaatkan kecanggihan teknologi
Perubahan pola berbelanja generasi milenial dalam membeli barang sandang perlu disikapi secara bijak oleh para pebisnis fashion. Setiap brand harus melakukan evaluasi secara berkala di tengah iklim pasar yang begitu dinamis dan konsumen yang sangat beragam demi mencapai target penjualan maksimal. Salah satu study case yang bisa dijadikan pembelajaran adalah langkah cermat yang diambil oleh e-commerce terbesar dunia, Amazon.
“Di zaman serba media sosial seperti sekarang ini, ciri khas dan personal branding bukan cuma mainannya para public figure atau influencers aja. Generasi sekarang udah lebih aware untuk menciptakan dan mengekspresikan identitas diri mereka melalui platform media sosial.”
Dilansir dari jurnal kolaborasi antara Business of Fashion dan McKinsey & Company; CEO dari Levi Strauss & Co., Chip Bergh, sudah mengantisipasi gempuran dari Amazon yang baru-baru ini sukses meluncurkan koleksi private label mereka. Meski tergolong pemain baru, situs belanja elektronik tersebut pastinya telah memperhitungkan secara matang dan mengetahui secara jelas mengenai watak dari konsumen di era digital saat ini. Melalui akun para penggunanya, Amazon dapat melihat pola berbelanja dari setiap orang yang kemudian digunakan untuk menawarkan barang-barang yang paling sesuai dengan preferensi pelanggan. Selain menguntungkan sang pengusaha, sistem yang dapat memberikan kemudahan bagi para pelanggan ini pastinya jadi kelebihan yang membuat Amazon berani untuk menawarkan serangkaian produk yang sebelumnya belum pernah mereka jual secara independen. Gak tanggung-tanggung, Amazon diperkirakan sudah mengalokasikan biaya produksi dengan anggaran senilai hingga lebih dari 20 juta dolar, lho!
Melalui contoh kasus di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa para pelaku bisnis di industri fashion harus berani keluar dari sistem konvensional dan diharapkan dapat menawarkan kebaruan untuk memenuhi demand pasar yang begitu beragam. Beberapa brand yang telah melakukan penyesuaian tersebut diantaranya adalah Zara yang sudah menerapkan sistem supply chain khusus untuk selected item dalam koleksi terbaru di setiap gerai offline mereka; Mon Purse yang menawarkan item customization dengan teknologi 3D printing mutakhir; hingga (custom subscriptions box dari Mas Zendy.) Konsep dan sistem yang mengedepankan personalization bagi para pelanggan merupakan salah satu solusi untuk menjawab keinginan konsumen yang begitu beragam, tanpa meninggalkan aspek komersil dalam berniaga.
“I think fashion really deserves its very own solutions because…it’s quite different from other products. It’s quite an emotional product, it’s very much trend driven, it’s opinionated, it has a lot of social angles to it,”
– David Schneider, Co-founder & Chief Executive of Zalando
3. Mulai memanfaatkan teknologi AI
Melihat dari data-data di atas, sebenarnya para pelaku bisnis di industri fashion gak perlu merasa terintimidasi dengan perubahan sistem penjualan pakaian yang secara perlahan namun pasti mulai terjadi ini. Aktivitas bisnis justru dapat menjadi lebih mudah jika tahu caranya memaksimalkan platform digital dengan mengandalkan bantuan artificial intelligence (AI). Teknologi tersebut dapat digunakan untuk mengumpulkan data dan merekam jejak dari setiap calon konsumen yang menjelajahi situs atau media sosial secara otomatis.
Data-data tersebut dapat dijadikan sebagai bahan kajian pengembangan produk, misalnya memprediksi tren, mengetahui preferensi para calon konsumen, menciptakan algoritma untuk membuat sistem personalisasi produk, dan masih banyak lagi. Beberapa contoh strategi AI yang dikembangkan oleh platform ritel fashion digital, Farfetch, adalah sensor otomatis untuk mengenali setiap calon pembeli yang mengunjungi situs mereka dan fitur integrated digital mirror yang memungkinkan mereka untuk menganalisa ukuran dan warna secara akurat. Hal ini tentu dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak; baik bagi pemilik usaha dapat menciptakan produk yang memiliki nilai permintaan yang lebih tinggi dan tentunya untuk para konsumen agar dapat lebih mudah menemukan barang yang sesuai dengan keinginannya. Seru banget, kan girls?
Sebagai alternatif yang lebih praktis, setiap brand dapat mengandalkan kanal penjualan melalui situs e-commerce ataupun bekerjasama dengan aplikasi fashion matchmaker berbasis teknologi AI, misalnya Yuna & Co. Langkah ini bisa dijadikan sebagai strategi untuk melakukan riset sebelum mengalokasikan dana untuk mengembangkan teknologi internal secara mandiri.
Jika digunakan secara tepat dan bijak, teknologi pastinya akan memberikan dampak positif yang dapat memudahkan kehidupan umat manusia. Supaya tidak termakan dan tertinggal oleh kemajuan teknologi, hal yang paling penting adalah kemauan kita untuk beradaptasi dan mempelajari dengan arus zaman yang tidak akan pernah berhenti.
[interaction id=”5b5ee49bcd0ad78e5d26effd”]
Leave a Comment