Mau Cari Baju Anti Pasaran dengan Harga Miring? Intip Strategi Cermat sebelum Belanja di Mall Ini!

Via Pexels

Saat ini, kita amat dimanjakan dengan banyaknya pilihan pakaian dari banyak fashion brands yang seolah hadir dan lahir setiap harinya. Mulai dari brand lokal yang bisa kamu temukan di Instagram shop, sampai gempuran fashion label dari luar negeri yang makin banyak menghiasi mall di Indonesia. Dengan variasi desain yang bisa disesuaikan dengan budget dan kebutuhan, tampil stylish dan fashionable bukan merupakan hal yang hanya bisa dilakukan kalangan tertentu aja.

Masalahnya, meskipun udah ada banyak pilihan brand dan tempat belanja yang bisa dipilih, stok pakaian yang sama dalam jumlah yang banyak sering bikin was-was takut ada yang pakai baju sama. Mungkin kamu bisa merasakan juga kalau satu desain lagi nge-tren banget, hampir semua brand bisa menyediakan barang yang mirip dalam satu waktu. Gak suka pakai baju yang mainstream dan pasaran? Kamu bisa, lho, tetap mendapatkan barang unik dengan harga miring kalau tahu dan mencermati pola penjualan dari para produsen pakaian. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini:

1. Pengaruh media sosial dan generasi milenial

Via Pexels

Ngomongin soal bisnis di zaman sekarang pastinya gak bisa lepas dengan target pasar paling dominan saat ini, yakni generasi milenial. Coba ada berapa influencers yang kamu follow di Instagram? Meskipun mungkin efeknya gak langsung terasa, tapi secara disadari atau tidak, kamu banyak mendapatkan inspirasi dari setiap detik dan menit yang kamu habiskan di media sosial.

Walhasil saat belanja dan menemukan barang yang mirip, kamu jadi terinspirasi dan terciptalah keinginan untuk mengadaptasi gaya yang serupa. Kecepatan dan banyaknya sumber informasi yang didapatkan oleh generasi digital saat ini menciptakan tren yang juga begitu cepat berganti. Tapi di sisi lain, banyak orang yang juga gak mau tampil dengan pakaian yang sama. Keadaan tersebut jadi tantangan buat para pebisnis fashion untuk menyeimbangkan ritme produksi barang baru dengan permintaan pasar yang berubah-ubah.

Photo by Cristina Arias/Cover/Getty Images

Nah, keadaan pasar tersebutlah yang dimanfaatkan fast-fashion brand asal Spanyol, Zara, untuk melanggengkan tahtanya sebagai perusahaan pakaian yang menawarkan beragam item unik sekelas high fashion dengan harga yang cenderung terjangkau. Menurut Nivindya Sharma, dari perusahaan trend forecaster WGSN, brand yang satu ini terus mengeluarkan stok barang baru secara berkala, namun dalam jumlah yang sedikit. Cara ini terbukti berhasil meningkatkan penjualan mereka sebanyak 7% di tahun 2017 dan terus meningkat di sepanjang tahun ini. Angka tersebut sangat signifikan dibandingkan kompetitor terbesarnya, H&M, yang menunjukkan penurunan penjualan hingga angka 62% di awal 2018, seperti dikutip dari Business Insider. Cara tersebut memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis, tanpa mengorbankan biaya produksi berlebih.

2. Online Store VS Offline Store

Courtesy of Zara

Ketika berkunjung ke sebuah toko, apa yang kamu harapkan sebagai seorang konsumen, girls? Kalau sekadar untuk mendapatkan barang, toh, kamu udah bisa mendapatkannya lewat e-commerce. Iya gak? Kamu yang udah biasa mengandalkan jasa toko elektronik pastinya udah ngerti banget nikmatnya belanja online. Tanpa perlu keluar rumah, macet-macetan, dan keluar ongkos; kamu bisa memilih barang yang dibutuhkan bahkan sambil tidur-tiduran di kamar. Apalagi kalau udah ada promo menarik, wah, pastinya makin semangat belanja.

Keunggulan tersebut membuat banyak orang beralih dari yang semula lebih banyak berbelanja di toko fisik ke pusat perbelanjaan berbasis digital. Untuk menghadapi situasi ini, banyak brand yang membuat siasat untuk tetap memaksimalkan kunjungan dan penjualan di offline store mereka. Norman Roberts, Vice President dari FRCH Design, menjelaskan bahwa brand dan pengembang properti harus bisa memberikan sebuah pengalaman berbeda kepada pengunjung untuk menarik minat belanja mereka, seperti dikutip dari Business of Fashion.

Related Post
Pop-up store Zara di London via WWD

Lagi-lagi, Zara menerapkan strategi cerdas untuk menjaga keberlangsungan offline store mereka. Untuk menawarkan “pengalaman baru” pada para konsumen, fashion brand ini secara rutin memperbarui tampilan store merchandising, mulai dari: etalase, penempatan produk, hingga styling pakaian yang dipajang pada mannequin meski bukan dengan stok barang baru setidaknya dua minggu sekali. Cara ini diharapkan bisa memanjakan konsumen untuk memberikan inspirasi dan menumbuhkan keinginan untuk mengunjungi outlet Zara secara langsung.

Zara juga tidak lupa untuk memaksimalkan konten pada platform digital mereka dengan menyuguhkan foto-foto editorial yang cantik. Bahkan, baru-baru ini Zara mengadopsi teknologi augmented reality di mana kamu bisa menggunakan aplikasi yang memungkinkan kamu untuk melihat koleksi-koleksi diperagakan oleh model secara langsung di smartphone-mu. Masih tetap kurang yakin? Zara juga menyediakan fitur online pick up; di mana kamu bisa coba-coba dulu koleksi pakaian di outlet Zara secara langsung, setelah itu baru memesan item yang kamu inginkan secara online. Gimana menurutmu, girls?

3. Strategi promo dan diskon

Courtesy of Kota Kasablanka Mall

Sebagai konsumen, kita pasti senang kalau gak harus bayar full price buat ngedapetin suatu barang. Maka gak heran kalau banyak e-commerce yang bersaing dalam membuat promo menarik dan diskon eksklusif untuk meningkatkan penjualan. Strategi ini terbukti ampuh menarik hati para konsumen untuk berbelanja di online store. Meski terbukti efektif, cara ini gak bisa diterapkan mentah-mentah kalau udah menyangkut pakaian. Pasti kamu gak mau dong pakai baju yang desainnya pasaran?

Zara juga gak kehabisan ide untuk menyiasati gencarnya diskon yang ditawarkan perusahaan e-commerce. Nivindya Sharma kembali menjelaskan bahwa Zara menjaga eksklusivitas stok barang barunya dengan mengatur volume barang dan diskon di masing-masing outlet; stok barang baru akan dikurangi saat ada potongan harga dan volume barang baru akan ditambah saat tidak ada diskon. Sistem ini membuat prinsip dasar permintaan dan penawaran tetap terjaga, sehingga minat beli konsumen juga tetap tinggi.

Courtesy of Zara

Perubahan zaman telah membawa banyak pengaruh dalam pola berniaga, salah satu yang paling terkena dampaknya adalah bisnis fashion. Melalui study case tentang sistem fast-fashion retail di atas, sedikit banyak kamu bisa belajar untuk membelanjakan uangmu secara lebih bijak. Kalau kamu tipe orang yang suka ngikutin tren dan ingin pakaian yang kamu miliki beda dari yang lain, gak ada salahnya untuk membelanjakan uangmu sedikit lebih banyak. Tapi kalau tujuanmu memang ingin sekadar menambah koleksi pakaian, menunggu sedikit hingga saatnya diskon tiba bisa jadi solusi untuk mengirit pengeluaranmu. The choice is yours. What’s yours, girls?

Rimma.co X Gabster Fashion Consulting: Fashion insights, news, trends, analysis, and events. Designated for everyone who’s interested in fashion and retail. Check the latest fashion updates on Instagram @gabstersays!
Related Post
Leave a Comment